Tingkatkan Daya Saing, Petani Cabai di NTB Sepakat Bentuk Koperasi
"Masalah harga juga persoalan pelik. Petani masih menjual hasil panen ke tengkulak dan pengepul yang menentukan harga secara sepihak sedangkan petani tidak punya posisi tawar," kata Ketua Gapura, Subhan. Belum lagi faktor kesulitan modal kerja untuk mulai bertanam. Dikemukakan, petani harus membutuhkan modal awal Rp 3,5 juta - 4 juta untuk tanaman cabai seluas 10 are. Saat ini, modal itu harus disediakan sendiri oleh petani, belum ada akses pembiayaan murah. Subhan mengatakan petani sangat berharap mendapat fasilitasi kemitraan melalui dukungan pemerintah (Kementerian Koperasi dan UKM) dengan perusahaan swasta untuk membantu memecahkan persoalan yang dihadapi petani. Dengan adanya koperasi, ia menilai akan lebih mudah menjalin kerjasama dengan swasta. Ia mengungkapkan mereka pernah mendapat tawaran kerja sama dari swasta tapi tanpa adanya pendampingan. Swasta tersebut hanya ingin membeli hasil panen dengan kualitas yang mereka tentukan. "Selama ini kami petani cabai belum pernah merasakan kemitraan yang bisa menjamin harga dan kualitas. Kami sangat berharap ada kemitraan yang akan menguntungkan kedua pihak yang memecahkan masalah yang dihadapi petani," kata Subhan. Oleh karena itu, dia mengharapkan fasilitasi dan dukungan kemitraan yang disertai pendampingan dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM untuk memperkuat daya saing petani. Petani membutuhkan pendampingan tentang peningkatan kualitas, teknologi dan manajemen. (AAN)