Gancatan Senjata Palestina-Israel Dinilai Rapuh

Bagus Hendraning Kobarsyih
Bagus Hendraning Kobarsyih
Gemapos.ID (Jakarta) - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengakui gencatan senjata terakhir yang dilakukan Palestina dan Israel rapuh. Namun, hal ini sebagai salah satu cara untuk membuka jalan masuk bagi bantuan kemanusiaan, "Kerapuhan ini dilihat dari bentrokan kembali pecah antara Palestina dan Israel setelah salat di Masjid Al Aqsa pada Jumat, 21 Mei 2021," kata Direktur Timur Tengah Kemlu, Bagus Hendraning Kobarsyih pada Sabtu (22/5/2021). Padahal, kesepakatan gencatan dilakukan keduanya pada hari yang sama pada pukul 2.00 waktu setempat. Dari bentrokan ini luka-luka dialami sedikitnya 20 warga Palestina yang melakukan demonstrasi mendukung keberadaannya di jalur Gaza. Aksi ini dihadapi Israel dengan menembakkan granat kejut ke arah para demonstran. Kemlu menyebutkan sebanyak 232 warga Palestina tewas termasuk 65 anak-anak dan 39 perempuan akibat serangan Israel ke Palestina. Selain itu 1.900 orang luka-luka dan sekitar 10.000 orang terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya. Jadi, mereka membutuhkan bantuan kemanusiaan. “Bantuan kemanusiaan sangat diperlukan saat ini karena akses air, gas, listrik terputus. Jalan-jalan rusak, sekolah dan rumah sakit hancur, ini jadi satu keprihatinan tersendiri,” ucap Bagus. Indonesia juga mendorong Palestina dan Israel kembali melakukan perundingan demi mewujudkan perdamaian yang abadi. Pengamat Timur Tengah, Abeer Z Barakat, sependapat gencatan senjata yang dilakukan Palestina dan Israel rapuh. Penilaian ini didasarkan Israel yang membidik jamaah di Masjid Al Aqsa. “Kami tahu bahwa gencatan senjata ini rapuh. Pada hari pertama pelaksanaan gencatan senjata, pasukan pendudukan Israel kembali menargetkan jamaah di Masjid Al Aqsa,” tuturnya. Sebenarnya, warga Palestina sudah tidak percaya kepada Israel lantaran negara ini tidak mematuhi perjanjian internasional. Apalagi, resolusi PBB dan berbagai kesepakatan yg dilakukannya dengan Palestina. Dengan demikian, warga Palestina tahu setiap saat Israel pasti kembali melakukan pengeboman di Gaza. “Kami (Palestina) sama sekali tidak aman. Kami tidak tahu kapan perang berikutnya akan datang,” ucapnya. Sebelumnya, Pengamat Timur Tengah dan Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran (Unpad) Dina Y. Sulaeman menyatakan Indonesia harus membantu Palestina memperoleh kemerdekaannya. "Masalah yang dihadapi oleh warga Palestina adalah penjajahan dan Bangsa Indonesia harus membantu Palestina untuk meraih kemerdekaannya," katanya. Gencatan senjata antara Palestina dan Israel yang berlangsung sekarang hanya solusi sementara atas konflik keduanya. Persoalan utama dari hal ini adalah penjajahan yang dilakukan Israel kepada Palestina. "Akar masalahnya bukan pada agama, tetapi pada penjajahan-pemukim berupa pengusiran warga Palestina dari rumahnya," ujarnya.