Tahun Covid-19, tahun Ransomware ? (1 dari 2)
Jadi secara teknis perlindungan kriptografi sudah cukup handal dan dapat dipercaya melindungi data digital dari pihak intipan ketiga yang tidak diinginkan. Celakanya, keampuhan kriptografi ini dimanfaatkan juga oleh kriminal untuk aktivitas jahat. Karena sangat sulit (hampir mustahil) memecahkan enkripsi kriptografi, maka kriminal sebaliknya menggunakan metode kriptografi untuk mengunci data sistem komputer korbannya dengan program ransomware dimana hanya pembuat ransomware yang memiliki kunci untuk membuka data yang telah di kunci (enkripsi). Pada awal kemunculan program ransomware ini, praktisi sekuriti masih bisa mencari kelemahan program ransomware karena seperti program-program yang baru diciptakan akan mengandung banyak kelemahan dan cacat (vulnerability). Cacat / vulnerability inilah yang di eksploitasi oleh praktisi keamanan dan dengan dukungan penegak hukum kunci dekripsi untuk membuka file yang dikunci dengan ransomware ini bisa didapatkan dan kemudian diberikan secara gratis kepada korban ransomware. Namun sejalan dengan perkembangan waktu, pembuat ransomware terus belajar dari kesalahannya dan membuat ransomware yang makin lama makin sulit dicari kelemahannya dan menurut pantauan Vaksincom, ransomware yang menyebar di tahun 2020 sudah mencapai tingkat yang sangat sulit dicari cacat atau kelemahannya sehingga satu-satunya jalan untuk mengembalikan data yang telah di enkripsi ransomware adalah membayar uang tebusan yang diminta dan pembayaran uang tebusan itu dilakukan menggunakan sarana uang kripto seperti bitcoin yang secara teknis sangat sulit di lacak. Tahun Covid-19, tahun ransomware Selain akan diingat selamanya sebagai tahun Covid, tahun 2020 juga patut mendapatkan label sebagai tahun Ransomware. Mengapa ? Tanpa diketahui, diam-diam tahun 2020 mengalami ledakan Ransomware. Dibandingkan pembayaran tebusan ransomware di tahun 2019 yang “hanya” di bawah US $ 100 juta, tahun 2020 mengalami lonjakan pembayaran tebusan ransomware sebanyak US $ 350 juta atau sekitar Rp. 5 triliun. Tunggu dulu !!! 5 triliun untuk membayar ransomware ? Apakah ini tidak terlalu besar ? Alfons Tanujaya, Pakar Keamanan Siber