Kilang Minyak Balongan Terbakar Dinilai Akibat Petir

Reynaldo Zoro
Reynaldo Zoro
Gemapos.ID (Jakarta) - Lightning Research Center/LRC (Pusat Penelitian Petir) Sekolah Teknik Elektro & Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB) menilai sambaran petir bisa diduga sebagai penyebab tangki Kilang Minyak Balongan Pertamina di Indramayu, Jawa Barat (Jabar) terbakar. "Sebenarnya tangki-tangki Pertamina memenuhi standar pengamanan. Hanya saja, karena petir tropis memang sangat kuat, bisa membuat tangki berlubang," kata Kepala LRC, Reynaldo Zoro pada Jumat (2/4/2021). Petir tropis mempunyai kekuatan lebih besar dibandingkan petir subtropis seperti sambaran tinggi, amplitudo besar, gelombang sangat curam, dan impulse force-nya. Hal ini bisa mengancurkan sebuah tangki kilang minyak dan muatan arus petir jauh lebih besar. Ketika suatu tangki berlubang, maka ini berpotensi terbakar lantaran kebakaran terjadi akibat spark yang berasal dari petir, bahan bakar, dan oksigen. Semula oksigen tidak terdapat dalam tangki, tapi saat tangki berlubang oksigen masuk ke benda tersebut. Dari data kebakaran tangki minyak mengungkapkan banyak tangki ini terbakar akibat sambaran petir, seperti kilang minyak di Malaysia. "Saking banyaknya, sampai pernah dibukukan. Dalam buku tersebut dijelaskan mengenai tangki kilang yang pernah terbakar akibat petir termasuk di kilang Malaysia," ujar Zoro. Menyinggung sambaran petir dinilai BMKG bukan sebagai penyebab kilang minyak Pertamina di Balongan terbakar, ujar Zoro, pernyataan lembaga itu terlalu dini. Apalagi, lightning detector yang dipunyai BMKG dianggap kurang akurat untuk melakukan itu lantaran ini dipakai lebih banyak untuk cuaca. Bahkan, penggunaan lightning detection harus dievaluasi ini dari dua hal yaitu local accuration dan detection efficiency. "Kalau mau evaluasi, kita harus menggunakan data yang baik dan alat yang canggih. Kalau peralatan BMKG itu agak berbeda," tutur Zoro. Data satelit Himawari yang dinilai sangat akurat menyatakan pergerakan badai petir di Balongan terjadi pada sekitar pukul 0.00-3.00 WIB. "Bahkan, menurut pengamatan Himawari, dari sore sampai pukul 5.00 pagi dan konsentrasi petir tertinggi justru berada pada waktu yang diklaim BMKG," ucapnya. Dari hasil monitoring yang dilakukan BMKG dengan lighting detector menyebutkan kerapatan petir sekitar pukul 0.00-2.00 WIB berkumpul pada bagian barat kilang minyak Balongan. Hal ini sepanjang 77 kilometer.