KRL Yogyakarta-Solo Memberikan Manfaat Ekonomi
Pengusaha angkutan pedesaan di Klaten tidak tertarik. Untuk itu pemerintah perlu memikirkan adanya skema pembelian layanan atau buy the service untuk angkutan umum pedesaan, seperti halnya yang sudah berlangsung untuk angkutan umum perkotaan. Informasi dari Dinas Perhubungan Kab. Klaten, sekitar 200 armada yang terdaftar beroperasi. Namun yang beroperasi setiap hari sudah tidak sampai 10-120 persen disbanding 10 tahun lalu. Penduduk Kab. Klaten sekarang sudah mencapai sekitar Rp 1,5 juta jiwa. Wisata pedesaan dan kuliner di Kab. Klaten cukup pesat perkembangannya akhir-akhir ini, seperti Wisata Mata Air Cokro, Umbul Pongok, Cokro Umbul Ingas. Juga kuliner pedesaan, seperti Sate Kambing Pak Suli, Bebek Goreng Pak Tohir, Bale Tirto Resto, Kafe Kopi Sawah, Wedang Kopi Prambanan, Warung Apung Rowo Jombor, Omah Eyang Resto. Integrasi Semula sebelum dibangun jalan layang (fly over) Purwosari, sudah tersedia halte bus Batik Solo Trans (BST) terintegrasi dengan Stasiun Purwosari. Sekarang, sudah beroperasi BTS dengan skema pembelian layanan (buy the service), fungsi halte BST yang terintegrasi dengan Stasiun Purwosari dapat diaktifkan (bus sedang dan bus besar). Integrasi fisik tidak sekedar menyediakan halte bus di luar halaman stasiun, namun jika memungkinkan area halaman stasiun cukup luas dapat dimasuki bus umum, tidak ada salahnya untuk dilakukan itu. Mendekatkan penumpang transportasi umum untuk berpindah moda. Di sisi lain, layanan di Surakarta masih memungkinkan ada tambahan stasiun, yaitu Stasiun Manahan yang dekat dengan pusat kota Surakarta (dekat fly over Manahan) Catatan penting KRL Yogyakarta-Solo menginspirasi untuk membangun hal serupa kereta perkotaan di wilayah perkotaan lainnya, seperti Surabaya Perkotaan (Surabaya-Lamongan, Surabaya-Sidoarjo dan Surabaya-Mojokerto), Bandung Perkotaan (Padalarang-Bandung-Rancaekek), Semarang Perkotaan (Gubug-Semarang-Weleri). Layanan KRL Yogya-Solo dapat diperpanjang hingga Kutoarjo, Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), Bandara Internasional Adi Sumarmo dan Sragen. Layanan KRL Yogya-Solo dapat terintegrasi dengan Bus Trans Yogya dan Bus Batik Solo Trans (BST). Integrasi tidak hanya fisik, melainkan integrasi jadwal, sistem pembayaran (single trip ticket) dan layanan. Kota Klaten harus didukung pula dengan transportasi umumnya (saat ini belum ada). Konektivitas atau keterhubungan fisik berupa jembatan penghubung antara Terminal Ir. Soekarno dengan Stasiun Klaten dapat dilakukan seperti halnya jembatan penghubung antara Terminal Tirtonadi dan Stasiun Solo Balapan di Surakarta. Integrasi tidak hanya sesama kendaraan bermotor, namun juga dengan kendaraan tidak bermotor (non motorized), seperti pesepeda dan pejalan kaki. Perbaikan fasilitas pesepeda dan pejalan kaki di Yogyakarta, Klaten dan Surakarta. Pemberian fasilitas parkir sepeda di setiap stasiun dan sepeda dibolehkan dibawa ke dalam KRL Yogya – Solo. Tentunya dalam jumlah yang dibatasi untuk setiap unit kereta. Selanjutnya, perlu dipikirkan bagi warga sejak dari asal keberangkatan hingga tujuan menggunakan transportasi umum. Boleh berganti moda transportasi umum dan dapat berlangganan akan mendapatkan tarif yang lebih murah dari biasanya. Tarif langganan per minggu atau per bulan. Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat