Peneliti BRIN: Soft Skill Dibutuhkan di Dunia Kerja

Penandatanganan naskah Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BRIN dengan SEAMOLEC di Gedung SEAMOLEC Kawasan Universitas Terbuka Tangerang Selatan, pada Selasa (9/1) . (foto:gemapos/BRIN)
Penandatanganan naskah Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BRIN dengan SEAMOLEC di Gedung SEAMOLEC Kawasan Universitas Terbuka Tangerang Selatan, pada Selasa (9/1) . (foto:gemapos/BRIN)

Gemapos.ID (Jakarta) - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset (PR) Pendidikan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ence Oos Mukhamad Anwas menungkap bukan hanya hard skill yang dibutuhkan pelaku industri di dunia kerja tetapi juga soft skill.

"Pengetahuan soft skill ini, antara lain kemampuan beradaptasi, kemampuan komunikasi, dan sejenisnya. Kemampuan hard skill lebih mudah diberikan daripada soft skill,  karena ini menyangkut kepribadian dan kebiasaan," kata Ence seperti dikutip gemapos dalam keterangan resmi BRIN, Jumat (12/1/2024).

 

 

Pernyataan itu disampaikan Ence saat penandatanganan naskah Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BRIN dengan SEAMOLEC di Gedung SEAMOLEC Kawasan Universitas Terbuka Tangerang Selatan, pada Selasa (9/1) lalu.

Lebih lanjut Ence mengungkap, selama 3 tahun belakangan, persentase terbesar penyumbang pengangguran terdidik adalah mereka yang memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

"Hal tersebut menjadi kontradiktif, karena tujuan dibuatnya SMK justru untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dan dunia industri untuk lulusan siap kerja,’’ ujarnya.

Dirinya menceritakan awal penelitiannya setelah melihat data tingkat pengangguran terbuka berdasarkan pendidikan. Dari hasil risetnya tersebut dinyatakan, kelemahan lulusan SMK terletak pada soft skilnya.

Selanjutnya, Fajar dari bidang Research and development SEAMOLEC menyampaikan mengenai pola kerja sama yang akan dibangun bersama PR Pendidikan BRIN yang sesuai dengan naskah yang telah ditandatangani bersama.

"Fokusnya yaitu pada pengembangan AI dan Internet. Namun demikian, pengembangan pembelajaran yang nyata terjadi di lapangan belum sepenuhnya berbasis AI, dan secara implementasi belum dapat dilakukan secara konkrit,’’ jelasnya.

Lalu ia mengungkapkan beberapa kendala, antara lain kompetensi pengajar dan pola lama yang sudah berjalan, dan telah diterapkan di dunia birokrasi pendidikan.

”Dapat kami pahami bersama, output yang dapat dilakukan dari kerja sama ini yang berbentuk buku panduan. Misalnya, mengenai strategi pembelajaran dan prototipe implementasi AI secara bertahap, serta kajian mengenai metaverse,” urainya.

Sementara Itu, Trina Fizzanti Kepala PR Pendidikan BRIN menjelaskan, yang paling utama dalam pelaksanaan kerja sama penelitian dan penerapan teknologi termasuk digitalisasi pembelajaran, AI, dan sebagainya harus berpusat pada manusia (Human Center).

Dirinya yakin, penelitian yang akan dilakukan bersama antara BRIN dan SEAMOLEC dapat berjalan sesuai harapan dan menghasilkan penelitian yang berguna bagi semua pihak.

"Kami menyampaikan penghargaan, dan merasa beruntung dapat melakukan kerja sama dengan SEAMOLEC yang memiliki global network yang sangat luas. Penandatangan naskah ini merupakan tindaklanjut dari diskusi pada 2023, tentang kemungkinan dilakukannya kerja sama riset dan inovasi dalam bidang pendidikan di Indonesia,’’ ugkapnya. (rk/*)