Perum Bulog: El Nino Hingga Kenaikan Harga Pupuk Jadi Tantangan Pangan Nasional

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi dalam kegiatan Diskusi Indonesia Menuju Kedaulatan Pangan di Jakarta, Kamis (21/12/2023). (foto: gemapos/antara)
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi dalam kegiatan Diskusi Indonesia Menuju Kedaulatan Pangan di Jakarta, Kamis (21/12/2023). (foto: gemapos/antara)

Gemapos.ID (Jakarta)- Perum Bulog telah mengidentifikasi tiga tantangan besar bagi ketahanan pangan Indonesia selama 2023, antara lain, adalah fenomena El Nino yang telah menurunkan produksi, dan kenaikan harga pupuk.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi dalam keterangan dikutip di Jakarta, Jumat (22/12).

“Selama tahun 2023 ada tiga hal di bidang pangan yang kita hadapi dan itu tiga gelombang besar. Gelombang yang pertama adalah turunnya produksi akibat fenomena El Nina,” katanya.

Kemudian, gelombang kedua datang dari kenaikan biaya produksi pertanian. Pupuk dan BBM mengalami kenaikan harga sehingga menyebabkan kenaikan biaya di berbagai lini, seperti mesin penggilingan dan angkutan. Pemulihan setelah pandemi COVID-19 juga memicu kenaikan upah buruh tani dan biaya lainnya.

Selanjutnya, gelombang ketiga muncul dari kenaikan harga pasar dunia akibat berbagai faktor, termasuk penutupan ekspor oleh India. Sebanyak 22 negara juga ikut menutup ekspornya yang memicu kenaikan harga global.

“Jadi Indonesia berhadapan dengan tiga gelombang besar yang mengancam ketahanan pangan kita,” jelas Bayu.

Menurut Bayu, pemerintah telah mengambil langkah tepat dengan mengalokasikan anggaran dari APBN untuk kelompok masyarakat berpendapatan rendah melalui program distribusi bantuan beras sebesar 10 kg per bulan.

Meskipun tidak memenuhi seluruh kebutuhan, distribusi 10 kg beras per keluarga ini dianggap sebagai langkah positif.

“10 kg untuk satu keluarga itu kira-kira 1/3 dari kebutuhan dia selama satu bulan. Memang tidak memenuhi semua tetapi dia sudah tenang. Mungkin lebih sedikit tapi enggak mungkin enggak kemakan, itu namanya bantuan pangan,” ucap Bayu.

Sementara itu, program kedua yakni Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP). Program ini memasok beras lebih dari 1 juta ton dengan harga lebih murah dibanding harga pasar. Beras yang dijual lebih murah atau disubsidi sekitar Rp1.500 dari per kilogram dari harga pasar.

Adapun menurutnya, kedua program tersebut berhasil menjangkau sekitar 23 hingga 24 juta rumah tangga, atau mendekati 100 juta jiwa. Ini mencakup hampir separuh dari penduduk Indonesia atau sekitar 40 persen yang dinyatakan aman dari perspektif pangan.

Terkahir, Bayu mengatakan dirinya optimitis stok beras pemerintah akan tetap aman hingga akhir perayaan Lebaran 2024.

“Insya Allah saya cukup yakin dan saya sudah melaporkan juga kepada bapak Presiden (Joko Widodo) bahwa paling enggak sampai selesai lebaran stok beras pemerintah aman,” kata dia.(ri)