OIKN Nilai Teknologi dan Kebijakan yang Tepat Diperlukan Kelola Air di IKN

Tangkapan layar - Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Myrna Safitri saat webinar "Air, Pangan, dan Kehidupan: Tantangan dan Solusi Bagi Ketahanan Pangan di IKN" dipantau dari kanal YouTube IKN Indonesia, Senin (16/10/2023). (gemapos/ant)
Tangkapan layar - Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Myrna Safitri saat webinar "Air, Pangan, dan Kehidupan: Tantangan dan Solusi Bagi Ketahanan Pangan di IKN" dipantau dari kanal YouTube IKN Indonesia, Senin (16/10/2023). (gemapos/ant)

Gemapos.ID (Jakarta) - Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Myrna Safitri menilai penerapan teknologi yang baik dan juga arah kebijakan yang tepat diperlukan dalam mengelola kebutuhan air di IKN.

Myrna saat webinar bertajuk "Air, Pangan, dan Kehidupan: Tantangan dan Solusi Bagi Ketahanan Pangan di IKN" pada Senin (16/10), mengatakan bahwa persoalan air menjadi penting lantaran IKN akan dibangun sebagai water resilience city.

"Bagi IKN sendiri, persoalan air jadi penting karena kami ingin membangun IKN itu sebagai water resilience city. Jadi, karena itu IKN sebagai kota spons atau sponge city sebagaimana telah dinyatakan di dalam beberapa peraturan perundang-undangan termasuk juga perencanaan induk dari IKN ini penting untuk memperhatikan bagaimana kebijakan di dalam pengelolaan air ini kami bisa lakukan bersama-sama," kata Myrna.

Adapun, konsep kota spons dapat dipahami sebagai water resilience, yakni kota yang mampu mengelola air dengan baik, bisa menyimpan, dan mengalirkan ketika dibutuhkan dengan cara yang sudah dihitung sedemikian rupa.

Ia mengatakan bahwa banyak sumber air untuk memenuhi kebutuhan IKN sehingga yang diperlukan adalah teknologi dan arah kebijakan yang tepat dalam pengelolaannya.

"Singkatnya adalah melihat kepada kondisi yg ada di wilayah IKN di mana memang sumber-sumber air, banyak sumber dari keberadaan daerah aliran sungai dan juga curah hujan yang cukup melimpah maka teknologi dan juga arah kebijakan yang tepat itu sangat diperlukan agar kita bisa bijak dalam mengelola air. Bijak dalam hal ini, artinya kita punya kemampuan untuk menyimpan sedemikian rupa air dan mengalirkannya juga sedemikian rupa," ujar Myrna.

Selain itu, kata dia, juga dibutuhkan area-area hijau di kawasan IKN yang nantinya dapat menyimpan air dengan baik.

"Di dalam perencanaan dari IKN, persoalan ruang biru atau riparian dan lain-lain itu memang harus terkoneksi dengan area-area hijau, area-area yang diharapkan akan menyimpan air dengan lebih baik," kata dia.

Sebelumnya, OIKN menggandeng lembaga riset bidang pengelolaan air dan lingkungan Deltares Belanda untuk mewujudkan IKN sebagai kota spons (sponge city).

"Kota spons merupakan salah satu prinsip dasar pengembangan kawasan di IKN dengan memadukan konsep perkotaan kota hutan (forest city) dan kota cerdas (smart city)," ujar Kepala OIKN Bambang Susantono dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (11/10).

Bambang mengatakan konsep kota spons diterapkan di IKN untuk mengembalikan siklus alami air yang berubah karena pembangunan. Penerapan konsep ini memberikan manfaat pemanenan air untuk tambahan ketersediaan air, pengurangan bahaya banjir, serta pelestarian ekologi.

Penerapan kota spons sudah direncanakan di dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara. Meski demikian, OIKN bersama pemangku kepentingan terkait mematangkan konsep kota spons tersebut, salah satunya dengan menggandeng Deltares. Kolaborasi dengan Deltares ini merupakan salah satu wujud dukungan Asian Development Bank (ADB) untuk pembangunan IKN. (ns)