Ibu Kota Negara Indonesia Selain Jakarta



Gemapos.ID (Jakarta) Percaya gak, kalau sebenarnya Indonesia sudah pernah melakukan pemindahan Ibu Kota selain Jakarta sebanyak 2 kali? Bahkan, pemindahan Ibu Kota ini termasuk paling singkat di dunia lho? Yuk, kita cari tahu!

Belakangan ini Presiden Joko Widodo semakin sering menginformasikan terkait progress dari pembangunan ibu kota negara yang baru, IKN Nusantara. Saking semangatnya nih, Jokowi menargetkan upacara kemerdekaan 17 Agustus 2024 mendatang, tepatnya saat peringatan HUT ke-79 nanti, untuk pertama kalinya bisa dilakukan pengibaran bendera pusaka di IKN. Pak Jokowi sih optimis.

Tapi, apa benar sebelum resmi pindah ke IKN, jauh sebelumnya Indonesia pernah melakukan pemindahan Ibu Kota sebanyak 2 kali selain di kota Jakarta lho? Dan ini relatif singkat prosesnya.

Pada masa awal kemerdekaan nih, yaitu periode tahun 1945-1948 meskipun bangsa kita sudah memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, namun situasi dan kondisi politik bangsa kita masih dianggap belum stabil.

Belanda, sebagai pihak yang pernah menduduki Indonesia sebelum datangnya ekspansi tentara Jepang dalam peperangan pasifik raya menganggap Indonesia itu masih bisa diambil alih kembali.

Hal ini menyebabkan situasi keamanan Jakarta sebagai Ibu Kota negara pada saat itu tidak baik-baik saja. Kehadiran kembali sekutu ke Indonesia juga rupanya bukan dalam rangka menjalankan tugas mereka sebagaimana mestinya.

Justru sebaliknya nih, para pasukan sekutu melakukan razia dan menangkap para pejuang kemerdekaan kita termasuk juga upaya penculikan terhadap Sukarno-Hatta dan para pimpinan pejabat tinggi lainnya.

Tentunya, kondisi tersebut tidak menguntungkan bagi pemerintahan kita. Mendengar situasi Jakarta yang semakin pelik dan tidak aman, Sri Sultan Hambengku Buwono IX dan Paku Alam VIII mengirimkan sebuah surat pada tanggal 02 Januari 1946 ke pemerintah Indonesia agar berkenan meninggalkan kota Jakarta ke Yogyakarta untuk sementara waktu sampai kondisi Jakarta benar-benar kembali stabil.

Proses pemindahan dari Jakarta ke Jogja tidak gampang yah. Sukarno beserta para pejabat lainnya terpaksa menggunakan kereta api tengah malam dan harus bersembunyi dengan lampu penerangan dipadamkan selama perjalanan agar tidak terlihat dari pantauan pihak sekutu.

04 Januari 1946, sesampainya di stasiun Tugu Yogyakarta, Presiden Sukarno bersama rombongan telah disambut oleh Sri Sultan HB IX, Paku Alam VIII dan Panglima Jenderal Sudirman. Namun, Ibu Kota sementara ini tidak mampu bertahan lama.

Agresi Militerpun terjadi. Akibat peristiwa Agresi Militer II, 19 Desember 1948, pasukan Belanda menangkap serta mengasingkan para pimpinan Indonesia. Sehingga, mau tidak mau pemerintah Indonesia memberlakukan Pemerintah Darurat RI di Sumatera Barat, tepatnya kota Bukittinggi. Pemerintahan ini dipimpin langsung oleh Syafruddin Prawiranegara selaku Menteri Kemakmuran Indonesia pada saat itu.

Pemerintahan ini juga tidak begitu lama. Setelah disepakati perjanjian Roem-Roijen gencatan senjata pun berakhir. Pada 06 Juli 1949, Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingan ke Yogyakarta. Selanjutnya, terhitung sejak 13 Juli 1949, Syafruddin Prawiranegara menyerahkan kembali mandatnya kepada Sukarno sekaligus secara resmi mengakhiri status Pemerintah Darurat Republik Indonesia. 

Jadi, gimana nih sobat Gema Pos? Sudah tahu kan kapan dan dimana saja Ibu Kota negara selain Jakarta yang pernah kita miliki. Dengan segala keistimewaan ditengah situasi politik yang cukup menyulitkan, Yogyakarta dan Bukittinggi telah berhasil menjaga eksistensi kedaulatan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.