Anas Ketum PKN, Suara Demokrat Terancam?



Gemapos.ID (Jakarta) Dalam anime one piece, khususnya pada Arc Wanokuni, kita akan mengingat kembali pertarungan sengit dan epik antara Luffy dan Kaido. Melalui jurus Gomu-Gomu No Bajrang Gun di mode Gear 5, Luffy akhirnya berhasil mengalahkan Kaido. Capaiannya tersebut mengantarkan Luffy menjadi salah satu dari empat kaisar lautan, atau dalam istilah one piece disebut sebagai Yonkou—sedikit lagi bisa jadi Raja Bajak Laut tuh. Perjalanan panjang dan berat yang dialami Luffy hingga menjadi Yonkou, juga bisa dilihat di kehidupan nyata. Siapakah sosok yang bisa disamakan dengan Luffy?

Sosok tersebut ialah Anas Urbaningrum. Seperti yang diketahui bersama, Anas Urbaningrum sebelumnya menjalani hukuman penjara selama kurang lebih 10 tahun di Lapas Sukamiskin, Bandung, karena keterlibatannya dalam megaproyek Hambalang yang kini menjadi bangunan tak bertuan. Dalam masa tahanannya, kolega-koleganya membentuk satu partai yang bernama Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) yang dipimpin oleh Gede Pasek Suardika. Konon, partai ini memang dibentuk untuk mewadahi gerakan politik Anas Urbaningrum. Benarkah demikian?

Seiring berjalannya waktu, dugaan bahwa PKN adalah partai yang disiapkan untuk Anas Urbaningrum semakin menguat. Dan dugaan tersebut semakin menguat setelah PKN melaksanakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Jakarta, dengan salah satu agendanya adalah serah terima posisi Ketua Umum PKN yang mulanya dipegang oleh Gede Pasek Suardika, kemudian diserahkan kepada Anas Urbaningrum. Selamat kepada Anas Urbaningrum telah resmi menjadi Ketua Umum PKN!

Kuatnya Figur Anas Urbaningrum di PKN

Memang tidak bisa terbantahkan bahwa Anas Urbaningrum adalah figur yang sangat kuat, apalagi jika dikaitkan dengan PKN. Kuatnya figur Anas Urbaningrum sendiri tidak bisa dilepaskan dari kultur patronase dan loyalitas tinggi dari pengikutnya. Hal ini kemudian dapat menjadikan Anas Urbaningrum sebagai image atau identitas dari PKN. Apabila berangkat dari apa yang disampaikan oleh Ekawati dan Sweinstani, dijelaskan bahwa personalisasi partai politik adalah hal yang tidak ideal karena partai tidak terinstitusionalisasi dengan baik. Meski demikian, personalisasi partai politik juga memiliki sisi positif karena dapat menjaga solidaritas internal partai. Hm, mungkin jadinya Anas sebagai Ketua Umum juga bertujuan untuk menguatkan solidaritas partai jelang tahapan Pemilu selanjutnya. Bisa jadi.

Kuatnya pengaruh dari Anas Urbaningrum di PKN pada akhirnya mengantarkan figur ini pada posisi Ketua Umum PKN—mungkin baru Anas Urbaningrum yang pernah duduk menjadi Ketua Umum di dua partai politik yang berbeda, yakni Ketua Umum Partai Demokrat pada tahun 2010-2013 dan saat ini menjadi Ketua Umum PKN. Tentu ini adalah pencapaian yang luar biasa, bahkan hal ini belum tentu bisa dicapai oleh politisi lain di Indonesia.

Kehadiran Anas Urbaningrum menjadi Ketua Umum, menurut saya dapat memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap keterpilihan PKN dalam Pemilu 2024 mendatang. Eksistesi dan capaian yang baik kemungkinan besar diperoleh oleh PKN. Apalagi kekuatan loyalis Anas Urbaningrum tidak bisa dipandang sebelah mata. Dan berkaca dari pernyataan yang disampaikan oleh Gede Pasek Suardika, bahwa PKN telah melewati dua etape yang sangat sulit, yakni etape pertama lolos di Kementerian Hukum dan HAM, dan etape kedua lolos di Komisi Pemilihan Umum sebagai partai politik peserta Pemilu 2024.

Lalu apa etape ketiga tersebut? Jadi etape ketiga yang dimaksu oleh Gede Pasek Suardika adalah lolos parlemen nasional dan daerah. Jadi dugaan saya, duduknya Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum adalah salah satu strategi dan taktik PKN agar bisa melewati etape ketiga sesuai dengan harapan. Hm, tentu ini menjadi tugas berat untuk Anas Urbaningrum yang baru duduk sebagai Ketua Umum. Apakah Anas Urbaningrum berhasil mengantarkan PKN masuk ke Gedung DPR/MPR di Senayan sana? Silakan bagikan pendapat kalian.