Bali Optimistis Kembangkan PLTS
“Karena beban puncak itu kami prediksi 796 MW, dan 20% dari itu energi baru terbarukan. Kira-kira 100 MW dari PLTS, sisanya dari PLTS atap. Itu bagian dari energi bersih yang hanya bisa dipakai siang hari,” ujarnya. Data hasil kajian Peta Jalan Pengembangan PLTS Atap melalui Bali Mandiri Energi yang dilakukan oleh Center for Community Based Renewable Energy (Core) Universitas Udayana dan Greenpeace pada 2019 turut mengungkapkan wilayah Bali Selatan sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan PLTS atap. Kemudian, pendekatan sistem permodelan pemetaan akan diketahui bahwa energi surya di Provinsi Bali dapat mencapai 113.436.5 GWh per tahun, dimana ini jauh melebihi permintaan energi penduduknya pada 2017 yakni 10.014 GWh per tahun. Walaupun demikian, perubahan dan perkembangan pada energi, papar, Ida Ayu Dwi Giriantari, Ketua CORE Universitas Udayana mengungkapkan tantangan yang masih perlu diselesaikan adalah skema pembiayaan dan edukasi kepada masyarakat di Bali. Hal ini untuk menyadarkan akan pembangkit listrik tenaga surya PLTS terutama PLTS Atap (PLTSA) memiliki potensi besar yang bisa dimanfaatkan. “Selain itu, belum adanya kebijakan khusus dari pemerintah untuk mendorong masyarakat dalam penggunaan PLTSA ini ke depan. Juga, belum adanya kesepakatan bersama antara masyarakat pengguna PLTSA dengan PLN sebagai regulator resmi supplier listrik untuk masyarakat,” tuturnya. (m1)