Impian Integrasi Transportasi
Coba bandingkan dengan warga Jabodetabek yang dalam kesehariannya menggunakan transportasi umum. Apabila menggunakan KRL Jabodetabek relatiof murah. Namun ongkos perjalanan dari tempat tinggal menuju stasiun kemudian dari stasiun tujuan menuju tempat bekerja dapat lebih mahal. Jika membawa kendarana pribadi harus membayar parkri di stasiun. Total ongkos yang dikeluarkan untuk bertransportasi bisa mencapai rata-rata di atas Rp 30 ribu. Hasil penelitian Badan Litbang Perhubungan tahun 2013, menyebutkan pengguna KRL Jabodetabek mengeluarkan 32 persen dari pendapatan tetap bulanan untuk belanja transportasi rutin. Konon, Bank Dunia (World Bank) mensyaratkan maksimal 10 persen dari pendapatan tetap bulanan dibelanjakan untuk bertransportasi rutin. Beberapa kota di duia yang transportasi umumnya sudah bagus, belanja transportasi masyarakatnya sudah tidak lebih dari 10%. Karena ongkos belanja transportasi tinggi, makanya di negara kita setiap rapat atau pertemuan ada istilah menyediakan uang transportasi bagi peserta yang hadir. Hal seperti itu tidak pernah terjadi di negara yang layanan transportasi umumnya bagus. Prosentasi masyarakat yang menggunakan transportasi umum sudah lebih dari 50% Sekarang sudah terbetuk perusahaan patungan antara PT Kereta Api Indoneisa dengan PT MRT Jakarta, yakni PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MIJT). Targetnya melakukan integrasi antar moda, mengembangkan kawasan transit oriented development (TOD) dan penataan simpul transportasi (72 stasiun). Langkah awal adalah menata empat stasiun, yaitu Stasiun Pasar Senen, Stasiun Tanahabang, Stasiun Juanda dan Stasiun Sudirman. Yang dinanti adalah integrasi di Stasiun Manggarai. Stasiun Manggarai targetnya akhir 2021 sudah selesai proses penataan dan pembangunan. Secara konstruksi layanan di dalam area stasiun dapat dikatakan sudah bisa disiapkan. Namun yang menjadi perhatian penting adalah penataan lingkungan di luar Stasiun Manggarai. Relokasi dan negosiasi bukan hal yang mudah tetap harus dilakukan. Dengan kondisi sekarang jika tidak dilakukan penataan di luar Stasiun Manggarai, keberadaan Stasiun Manggarai yang moderen tidak berarti apa-apa. Lahan parkir, akses jaringan dan kapasitas jalan harus ditambah dn ditata. Setidaknya luas lahan parkir seluas Stasiun Gambir sekarang. Sebab, semua kereta yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DI Yogyakarta akan berhenti di Stasiun Manggarai. Belum lagi ditambah dengan aktivitas KRL Jabodetabek. Integrasi adalah satu-satunya cara untuk mencapai standar pelayanan dan operasional maksimal untuk memberikan dampak yang besar dan menyeluruh. Ketepatan waktu dan kemudahan dalam berpindah (mobilitas) akan selalu menjadi alasan utama pemilihan moda transportasi untuk menunjang mobilitas warga kota. Tanpa integrasi, jangan harap memiliki kota dengan sistem transportasi yang manusiawi dan efisien bagi penduduknya (ITDP Indonesia, 2018). (Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat)