AS Desak China untuk Dorong Korut Kembali ke Jalur Diplomasi

Foto arsip - Presiden China Xi Jinping menyampaikan pandangannya saat pembukaan KTT G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022).. (gemapos/ant)
Foto arsip - Presiden China Xi Jinping menyampaikan pandangannya saat pembukaan KTT G20 Indonesia 2022 di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022).. (gemapos/ant)


Gemapos.ID (Jakarta) - Amerika Serikat meminta China menggunakan pengaruhnya untuk mendorong Korea Utara mengambil langkah-langkah memperluas konflik dan kembali ke jalur diplomasi, kata Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada Senin (2/10/2023).

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Matthew Miller membuat pernyataan tersebut di tengah rencana pertemuan puncak antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing bulan ini yang bisa memperkuat kerja sama kedua negara itu dengan Korea Utara.

"Salah satu yang kami desak dalam percakapan kami dengan pejabat China adalah bahwa China memiliki posisi unik dalam menggunakan pengaruhnya terhadap DPRK guna mendesak mereka mengambil langkah-langkah deeskalasi dan kembali ke jalur diplomasi," kata dia  dalam konferensi pers.

DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara,  Republik Demokratik Rakyat Korea.

"Kami akan terus mendorong mereka agar menggunakan pengaruh itu sejauh mungkin sesuai keinginan mereka," tambah dia.

Xi dan Putin diperkirakan bertemu dalam forum internasional terkait Prakarsa Sabuk dan Jalan,  bulan ini, setelah Putin bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di pusat antariksa Rusia pada 13 September.

Pertemuan itu terjadi setelah AS memperkuat kerja sama keamanan trilateral dengan Korea Selatan dan Jepang di tengah ancaman militer Korea Utara yang terus membesar, dan semakin agresifnya China, serta perang Rusia di Ukraina.

Miller menegaskan kembali kekhawatiran Washington terhadap peningkatan kerja sama antara Rusia dan Korea Utara.

"Kami mengkhawatirkan peningkatan hubungan antara Rusia dan Korea Utara, khususnya terkait potensi pengiriman senjata baik dari DPRK ke Rusia maupun dari Rusia ke DPRK," kata dia. (ns)