Berbagai Tantangan Perkembangan Kripto di Indonesia

"Kami sangat mengapresiasi pemerintah Indonesia melalui Bappebti, yang kemudian akan dilanjutkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," kata Chief Marketing Officer PINTU Timothius Martin pada Kamis (12/1/2023).
"Kami sangat mengapresiasi pemerintah Indonesia melalui Bappebti, yang kemudian akan dilanjutkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," kata Chief Marketing Officer PINTU Timothius Martin pada Kamis (12/1/2023).

Gemapos.ID (Jakarta) - PINTU memprediksi adopsi kripto di Indonesia akan terus tumbuh pesat pada 2023.

Hal ini didorong oleh regulasi yang membangun kepercayaan.

"Kami sangat mengapresiasi pemerintah Indonesia melalui Bappebti, yang kemudian akan dilanjutkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," kata Chief Marketing Officer PINTU Timothius Martin pada Kamis (12/1/2023).

Kemajuan industri kripto ditandai dengan berbagai institusi besar sudah mulai berinvestasi ke aset kripto.

Selain itu memanfaatkan teknologi blockchain seperti PayPal dan Square, danTesla.

Beberapa waktu lalu Bank Indonesia meluncurkan whitepaper Central Bank Digital Currency (CBDC) yaitu Proyek Garuda.

"Arus perhatian yang sangat besar dari berbagai institusi ternama tentunya akan menarik banyak pihak dan semakin mendorong positif pertumbuhan industri kripto dari waktu ke waktu," ujarnya.

Timothius Martin menilai pada 2023 sejumlah tantangan akan dihadapi seperti kenaikan suku bunga, inflasi, isu resesi, dan kondisi geopolitik.

Aset kripto dan teknologi blockchain terus membentuk ekosistem yang matang. Walaupun, ini masih terbilang baru sebanyak ribuan inovasi telah lahir dengan use-case.

"Hal ini mampu mendisrupsi berbagai industri seperti non-fungible tokens (NFT), Decentralized Finance (DeFi), hingga Web 3.0 dan memberikan dampak yang positif bagi penggunanya," ujarnya.

Tahun lalu dianggap menjadi tahun yang kurang bersahabat bagi investor kripto. 

Banyak sekali guncangan yang berakibat harga aset kripto menurun hingga lebih dari 70%.

Beberapa faktor penyebab penurunan harga aset kripto seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) seperti kasus Terra Luna, Three Arrows Capital (3AC), dan kebangkrutan bursa kripto FTX. 

"Peristiwa yang terjadi dimulai sejak pertengahan tahun 2022 menjadi pengalaman berharga bagi semua pihak, tidak hanya investor, melainkan kami sebagai bursa untuk terus konsisten dalam memberikan keamanan dan kenyamanan berinvestasi," tuturnya.

Survei Institutional Investor menunjukkan investor masih percaya kripto akan bertahan, terlepas dari volatilitas harga atau peristiwa yang tidak menguntungkan disebabkan oleh beberapa pihak.

Melihat kejadian di tahun kemarin, ketertarikan investor saat ini akan lebih tertuju pada aset kripto yang dinilai lebih berkualitas tinggi seperti Bitcoin dan Ether.

"Hal ini lebih memperhatikan faktor-faktor fundamental seperti tokenomik, kematangan ekosistem masing-masing project, dan likuiditas pasar,” ujarnya.

Meskipun harga aset kripto mengalami penurunan, tapi adopsi terhadap aset kripto justru terus tumbuh.

Bahkan, ini semakin banyak negara-negara di dunia yang meregulasi aset kripto.

Regulasi kripto merupakan hal yang baik untuk investor dan industri. Hal ini dapat memberikan potensi yang baik untuk melindungi investor jangka panjang.

Hal lainnya mencegah aktivitas penipuan dalam ekosistem kripto dan memberikan panduan yang jelas untuk memungkinkan perusahaan berinovasi. 

"Selain itu, kejelasan regulasi dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat luas pada kripto,” ucapnya.

Data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menyebutkan hingga tahun 2022 jumlah investor kripto telah mencapai 16,55 juta dengan nilai transaksi mencapai Rp296,66 triliun. (ant/moc)

p