Kementan Gandeng EPIS Korea Kembangkan Smart Farming

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi (foto: ant)
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi (foto: ant)


Gemapos.ID (Jakarta) Kementerian Pertanian telah menggandeng Korea Agency of Education, Promotion and Information Service in Food, Agriculture, Forestry and Fisheries (EPIS KOREA) dalam rangka mendorong pengembangan Smart Farming di dalam negeri.

Kerja sama ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang mengatakan Indonesia tidak boleh hanya mengandalkan pertanian konvensional, namun juga wajib menggunakan Smart Farming dan digitalisasi.

"Guna menerapkan semua itu, maka peningkatan kapasitas sumber daya manusia pertanian yang profesional, mandiri dan berdaya saing mutlak dibutuhkan untuk mewujudkan pertanian Indonesia yang maju, mandiri dan modern di masa depan," kata Syahrul dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Minggu.

Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama tersebut dengan pemerintah Korea Selatan.

MoU itu meliputi Project on Enhancing Millenial Farmer’s Income by Adopting K-Smart Farm technologies in Indonesia.

Lokasi proyek berada di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan Jawa Timur dan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor Jawa Barat.

Salah satu bentuk kerja sama antara BPPSDMP dengan EPIS Korea adalah pelaksanaan Training K-Smart Farm di Korea pada 6-12 Agustus 2023, yang merupakan undangan dari Enhancing Milenial Farmers Income by Adopting K-Smary Farm Technologies in Indonesia.

Proyek ini sangat penting karena menjadikan petani milenial sebagai sasaran dalam penerapan teknologi Smart Farming yang di Korea dikenal sebagai K-SMART FARM Technology.

Para peserta berasal dari pengelola proyek, dosen, widyaiswara dan pengusaha pertanian milenial dari Indonesia.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan peserta serta untuk mempelajari pembangunan pertanian negara Korea yang telah mengaplikasikan teknologi tinggi dalam berusaha tani.

Terkait hal itu Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengatakan memasuki era industri 4.0, insan pertanian harus mulai memahami arti penting sistem digitalisasi serta teknologi dan inovasi.

"Persaingan yang ketat di tingkat global harus diimbangi dengan pola-pola pergerakan usaha baik itu usaha tani dan bisnis lainnya secara lebih efisien, lincah, dan produktif," katanya.

Ia menambahkan, teknologi dan inovasi sebagai modal utama dalam menarik generasi muda untuk menggeluti bidang pertanian, baik secara keilmuan ataupun praktek langsung di lapang.

"Peran generasi milenial dalam pembangunan pertanian di era digital sangat penting sebagai kekuatan bagi ketahanan pangan. Untuk itu, Regenerasi Petani dan Petani Milenial masuk dalam Program Aksi BPPSDMP Tahun 2020-2024, melalui pendidikan vokasi, pelatihan vokasi, penyuluhan, pemberdayaan P4S, Program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP), dan Youth Entrepreneur and Employment Support Services (YESS)," terangnya.

"Saya sudah sering sampaikan, Petani Milenial akan menjadi pelaku pembangunan pertanian, 10 tahun lagi tanggung jawab pembangunan pertanian ada di pundak kalian," tutur Dedi.

Ia menambahkan, masa depan pembangunan pertanian ada di Agribisnis. Sehingga, pengelolaan pembangunan pertanian tidak boleh lagi memakai cara cara yang konvensional tapi harus dikelola secara modern.

"Caranya bagaimana? Ada tiga cara, pertama Smart Farming, karena efisien dan terbukti mendongkrak produktifitas. Kedua permodalan, untuk mengembangkan usaha perlu didukung oleh permodalan dalam hal ini KUR," ujarnya.

"Yang ketiga adalah kolaborasi, kalian harus membuka jejaring usaha dengan sesama petani milenial diseluruh Indonesia. Saya yakin Smart Farming adalah masa depan pertanian untuk itu tugas kalian training di sana adalah mendalami smart farming," katanya.

Dedi meminta para petani Milenial mempelajari dan mencermati, varietas unggul di Korea, nutrisi, formulasi nutrisi, sistem nutrisi, media tanam, pupuk dan pemupukan dan terakhir pengendalian hama dan penyakit.

"Mungkin tidak semua yang dilihat di Korea dapat diterapkan di sini, namun pelajari esensinya, pelajari sistemnya, bagaimana membangun sistem, bila selama ini kalian sudah menerapkannya, bagaimana meningkatkan kualitas sekembalinya dari sana. Terapkan pengetahuan smart farming yang kalian dapat di sana, dan sesuaikan dengan kondisi di lapangan," ujar Dedi.

Selama training peserta akan mendapatkan materi mengenai perkembangan pengembangan pertanian di Korea Selatan, Smart Farming dan Pemasaran, Sukses Story Start Up Smart Farming dan petani korea, pengembangan pendidikan pertanian, sharing session dengan praktisi, akedemisi dan petani dan pelaku bisnis pertanian.

Selain itu Peserta akan diajak mengunjungi antara lain Perkebunan Strawberry Pocheon, Hanaro Mart di Yangjae-dong salah satu distributor untuk produk pertanian, Perkebunan Green Monster dengan komoditas Ketimun, Korea National University of Agricultural and Fisheries, Gimje Smart Farm Innovation Valley (Venture Incubation Center),Gyulkkane Farm dengan komoditas Citrus dan Cultilabs dengan komoditas Tomat.(da)