Menguak Strategi Kesuksesan Mixue, Spesialis Ruko Kosong

Logo mixue (ist)
Logo mixue (ist)

Gemapos.ID (Jakarta) - Mixue, sebuah perusahaan berasal dari Zhengzhou, China, yang menjual berbagai produk es krim dan tea atau bubble tea (boba), telah memukau dunia dengan ekspansinya yang cepat ke seluruh dunia. Tidak hanya ekspansi toko yang masif di Indonesia, tetapi juga berhasil membuka toko di berbagai negara.

Saat ini, Mixue Ice Cream & Tea telah memiliki lebih dari 20.000 gerai di China dan lebih dari 500 gerai internasional, termasuk di Indonesia. Perusahaan yang dirintis oleh Zhang Hongchao pada tahun 1997 ini mulai memperluas jangkauannya ke Asia Tenggara pada 2018.

Selain di Indonesia, gerai-gerai tersebut tersebar di Filipina, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Di Indonesia, Mixue pertama kali membuka cabangnya di Bandung, dan kini telah memiliki hampir semua toko di daerah baru lainnya di Indonesia.

Yuk intip strategi bisnis Mixeu berikut ini.

1. Harga Terjangkau

Sejak awal, Mixue menyasar sub-urban dengan harga dari 5-10 yuan per produk di China. Harga tersebut tergolong murah dibandingkan dengan kompetitornya, yakni merek Nayuki dan Heytea yang menjual dengan harga 10-15 yuan per produk.

Di Indonesiasendiri, produk Mixue dijual dengan harga berkisar dari Rp8.000 hingga Rp22.000. Inilah salah satu alasan mengapa Mixue bisa berkembang karena produknya yang terjangkau oleh konsumen Indonesia.

2. Menggunakan model bisnis waralaba (franchise)

Pendiri Mixue, Zhang Hongchao memutuskan untuk membuka hak waralaba pada tahun 2007. Tahun itu, lusinan toko dibuka dengan cepat di Provinsi Henan, tempat kantor pusat berada. Setahun berselang, 2008, Mixue berkembang menjadi sebuah perusahaan dengan jumlah toko waralaba melebihi 180.

Pada 2010, Mixue memilih untuk bekerja sama dengan Zhengzhou Baodao Trading Co., Ltd. untuk mengembangkan waralaba di seluruh negeri. Keputusan ini efektif dalam meningkatkan visibilitas dan pengaruh perusahaannya. Waralabanya pun semakin berkembang.

Mengutip dari berbagai sumber, franchise Mixue berkisar pada Rp700 juta hingga Rp900 juta. Harga tersebut mencakup biaya investasi dari awal pembukaan hingga kerja sama berlangsung selama kedua pihak menyetujuinya.

3. Pinjaman tanpa bunga pada pewaralaba

Dalam menyukseskan model bisnis waralabanya, Mixue memberikan puluhan juta pinjaman tanpa bunga kepada pewaralaba setiap tahun untuk menyelesaikan masalah keuangan mereka saat membuka toko baru. Hal ini berhasil menarik pewaralaba yang skala ekspansifnya sangat cepat.

4. Kuasai rantai pasok dan logistik sendiri

Mixue mulai membangun pusat Litbang modern dan pabrik pusatnya pada tahun 2012 untuk kuasai rantai pasokannya sendiri hingga mencapai swasembada. Hal ini berhasil membuat biaya produksi dan logistik lebih efisien.

 

Pada 2014, perusahaan mendirikan pusat logistik di Kota Jiaozuo, Provinsi Henan untuk memasok bahan baku ke seluruh waralaba yang ada di China dengan ongkos logistik gratis. Dengan pusat pergudangan dan logistiknya sendiri, siklus transit Mixue lebih singkat, biaya inventaris, serta biaya penyimpanan pun berkurang.

Ini menjadikannya merek minuman pertama di China yang pengiriman logistiknya gratis. Begitu pula dengan pengadaan bahan baku semua diproduksi sendiri. Dengan kata lain, dari bahan mentah, logistik, dan kemudian ke toko waralaba dikuasai Mixue.

5. Ekspansi ke luar negeri dengan menyesuaikan kebudayaan setempat

Mixue mulai berekspansi ke luar negeri pada tahun 2018 dengan masuk ke pasar Vietnam dan membuka toko luar negeri pertamanya di Hanoi. Gaya dekorasi tokonya di luar negeri disesuaikan dengan lokasi dan unsur lokal setempat. Gayanya sederhana namun nyaman bagi pelanggan yang makan dan minum di tempat. Kini tokonya sudah lebih dari 500 toko di berbagai belahan dunia.

 

6. Manfaatkan media sosial TikTok hingga Weibo 

Pada Juli 2020, "Lagu Tema Mixue Bingcheng" mulai diputar secara bersamaan di TV dan toko offline di China. Mixue pun memanfaatkan platform sosial media dengan memutar lagu tema tersebut secara kumulatif di Bilibili, TikTok, Weibo, dan platform lainnya.

Tak hanya China, lagu tema tersebut juga dibuat berbagai macam versi, seperti Jepang, Rusia, Rap, dan versi lagu lainnya keluar satu demi satu. Metode "siklus cuci otak" ini berhasil membuat orang-orang mengenal Mixue, teknik marketing yang efektif bagi Mixue.