Stimulus Ekonomi Rp677T Dinilai Belum Ideal

Piter Abdullah Redjalam
Piter Abdullah Redjalam
Gemapos.ID (Jakarta) Center of Reform on Economics (CORE) menilai anggaran stimulus ekonomi pemerintah sebesar Rp677 triliun belum memenuhi berbagai kebutuhan. Karena, anggaran ini dialokasikan bagi anggaran kesehatan yang lebih besar untuk penanggulangan pandemi Corona Virus Disease 2019/Covid-19 (Virus Korona). Selain itu asumsi tambahan penduduk miskin yang berpotensi jauh lebih besar dan dana pemulihan sektor bisnis swasta. Apalagi ini juga diberikan bagi insentif perpajakan, bantuan sosial, Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk BUMN, subsidi bunga khususnya untuk UMKM, dan penempatan dana pemerintah di perbankan dalam rangka restrukturisasi kredit. Walaupun, anggaran sebesar Rp677 triliun merupakan hasil dari tiga kali revisi yakni semla awal April pemerintah menganggarkan dana pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp150 triliun. Kemudian, pertengahan Mei direvisi menjadi Rp405 triliun yang berlanjut pada akhir Mei kembali direvisi menjadi Rp641 triliun. “CORE Indonesia berpandangan peningkatan anggaran yang diajukan untuk pemulihan ekonomi nasional masih jauh dari ideal,” kata Piter Abdullah Redjalam, Direktur Riset CORE, Rabu (3/6/2020). Anggaran kesehatan harus dipisahkan dari anggaran pemulihan ekonomi nasional yang harus menjadi prioritas pemerintah guna mendorong pemulihan ekonomi. Apalagi, pemerintah sedang mencanangkan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan memasuki fase 'new normal'. “Jika penerapan kebijakan new normal ini tidak diikuti dengan pendekatan kesehatan seperti misalnya persiapan kelengkapan alat kesehatan seperti APD dan ventilator, dikhawatirkan kita tidak siap menghadapi kemungkinan terjadinya lonjakan jumlah kasus baru,” ujarnya. Jika merujuk pada tren peningkatan kasus baru di Indonesia yang masih tinggi dan jumlah test yang dilakukan masih relatif sangat sedikit. CORE Indonesia mendorong pemerintah meningkatkan anggaran kesehatan sedikitnya Rp100 triliun, khusus kebutuhan alat kesehatan seperti ventilator hingga test kit. Sementara itu asumsi tambahan penduduk miskin hingga 4,86 juta orang sebesar Rp172 triliun. Angka ini masih terlalu kecil dibandingkan potensi lonjakan penduduk miskin akibat pandemi Covid-19. (din)