Perusahaan Kelistrikan Beralih ke Sektor Lain

Teuku Rengga Felamona Adaro
Teuku Rengga Felamona Adaro
Gemapos.ID (Jakarta) - Industri kelistrikan terdampak pandemi Covid-19 pada 2020, salah satunya adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN). Walaupun demikian, perusahaan ini komit tetap menyediakan listrik bagi pelanggan. Padahal, banyak perusahaan bidang kelistrikan keluar dari bisnis tersebut akibat kesulitan dalam mengembangkannya. Pasalnya, sektor ini mengalami peningkatan harga permintaan barang dari supplier, dan meningkatnya biaya produksi dikarenakan wabah pandemi "Investor lain memilih untuk ke sektor-sektor lain yang memiliki tingkat risiko yang rendah (e-commerce, medical, property) dibanding sektor power," kata Teuku Rengga Felamona, Projects and EPC Management Head for Adaro Power and Adaro Water. Hal itu dikemukakan dalam webinar bertajuk 'Menyoal Potensi Proyek EPC, Strategi, Peluang, dan Tantangan di 2021' yang diselenggarakan School of EPC Management pada Selasa (16/2/2021). Beberapa cara untuk kembali menguatkan bisnis di sektor kelistrikan yaitu dengan menyediakan energi yang terbarukan yang meliputi energi angin, cahaya matahari, dan urea (limbah). Selain itu mengembangkan bisnis penunjang yakni di bidang kendaraan transportasi yang menggunakan tenaga listrik dan infrastruktur pengembangan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Hal lainnya adalah pemerataan infrastruktur transmisi data dan informasi di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia bagian Timur. Proyek investasi bidang tersebut dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu greenfield dan brownfield proyek. Greenfield proyek meliputi open tender, direct selection, dan direct appointment. Sedangkan, brownfield proyek yaitu pemilik ingin menjual aset perusahaan yang dia punya dengan berbagai pertimbangan, seperti sharing construction, finansial, atau penggantian strategi. Greenfield proyek memerlukan waktu yang cukup lama dari awal memulai pengembangan hingga mendapat revenue, yakni delapan tahun. Sedangkan, brownfield proyek dapat mendapatkan aset dalam kurun waktu enam sampai 12 bulan. Proses brownfield project tidak seintensif dibandingkan greenfield project. Namun, pelaksanaannya harus tepat dalam pembelian aset yang sesuai kebutuhan. Rengga meneruskan pelaku pandemi harus membuat suatu kriteria dalam memilih sebuah proyek pada masa pandemi, salah satunya adalah projek yang dipilih harus replicated. Proyek juga harus menggunakan equity seminim mungkin dan memilih proyek berdasarkan skema pendanaan. Serta, harus memiliki strategi yang penting dan memberikan dampak baik terhadap Indonesia, Kriteria tersebut cocok dengan konsep EPC. EPC membutuhkan rencana yang ekstensif, menggunakan turnkey konsep, proyek diselesaikan oleh satu kontraktor, dan digunakan dalam proyek makro negara, namun lebih mahal. Walaupun mahal, para Lender lebih menyukai model EPC. Untuk proyek EPC, sebagian  besar resiko ditanggung kontraktor, gampang menerapkan pinalti pada kontraktor jika ada keterlambatan, dan dapat mengambil tindakan legal jika ada suatu yang berjalan tidak sesuai. Pemilik proyek juga dapat memonitor progres secara umum dan hanya berperan dalam menyelesaikan masalah utama, juga menyediakan pilihan pendanaan yang fleksibel. Rengga mengemukakan projek berbasis finansial memang lebih menantang, namun memungkinkan untuk dijalankan, serta resikonya pun kecil di situasi yang tak menentu. Untuk menarik investor dalam bisnis dituntut fokus dalam memenuhi keinginan investor, memilih partner yang mempuyai reputasi dan menjadi partner pilihan di Indonesia. Selain iitu mengembangkan tim kemenangan, yakni tim teknikal, komersial, dan legal. Hal lainnya adalah harus memilih konsultan yang pernah bekerjasama dengan investor tersebut, memenuhi kebutuhan regulasi investor, memiliki pengalaman dalam hukum, dan menggunakan Lump Sum Turn Key EPC Contracts. "Tapi menyelesaikan pemasalahan di EPC, proyek tidak akan segampang antara owner dan EPC Contractor. Untuk menyelesaikan masalah EPC lebih dari itu,” jelasnya. Pebisnis juga harus aim high dan mempunyai customer centric mindset, kita harus memiliki strategi untuk 25 tahun ke depan. Terakhir, memanage jadwal dan uang untuk maintain EIRR, dan punya reputasi yang baik." agar bisnis yang dijalankan akan berkelanjutan.