Menunggu Kado Ulang Tahun Negeri dari Penguasa Negeri

kemerdekaan indonesia
kemerdekaan indonesia
Sudah tidak jamannya lagi membagi-bagikan kebutuhan sehari-hari di jalanan, karena itu bisa dilakukan orang biasa. Seorang pejabat yang bisa menerbitkan kebijakan semestinya bisa berbuat lebih dari itu dengan membereskan pembagian ini secara benar dari anggaran negara. Timbulnya kasus korupsi bantuan sosial (bansos) sebagai salah satu bukti tidak bisa mengawasi bawahannya secara baik. Anehnya, itu selalu terjadi di tempat yang sama. Kritikan rakyat kepada penguasa bukan membuatnya sadar belum banyak yang dilakukannya, tapi menampilkan sosoknya sebagai orang yang telah berbuat banyak kepada negeri ini. Bukan perbuatan nyata yang ditonjolkan, tetapi retorika politik yang dikedepankan. Padahal, itu jauh berfaedah ongkos penampilan di jalan diberikan kepada rakyat sekitar yang memerlukan. Sekali lagi ini bukti nyata omong kosong yang diperlihatkan selama ini. Lembaga rakyat diharapkan bisa memperjuangkan kepentingan rakyat hanya fatamorgana. Saat dia pernah diberikan kekuasaan juga pernah tidak mampu menahan syahwat kemungkaran. Keadilan juga belum bisa dihadiahkan negara kepada rakyat, lihat saja bagaimana lembaga pengadilan menjatuhkan hukuman yang tidak sebanding kepada perampok uang rakyat. Hal ini tidak seimbang kepada seorang tua renta yang mengambil sepotong kayu yang jatuh dari tangkainya demi makan lantaran tidak seorangpun yang memberinya. Lalu apa negara yang bisa berikan bagi rakyat dalam hari Kemerdekaan Indonesia? Cobalah petinggi negeri ini lihat kembali cita-cita proklamasi pendiri bangsa ini. Lihatlah apa yang tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Resapi berjanjilah kembali ke rakyat untuk mewujudkannya. Sumpah jabatan direnungkan untuk melakukannya. Rakyat menunggu apa yang Anda perbuat dan pencipta melihat apa yang telah diamanahkan. Usia 76 tahun bukanlah sesuatu yang sebentar untuk negeri ini tidak hanya harus sudah bisa berbuat kepada rakyatnya. Namun, bangsa ini sudah bisa mewarnai dunia menciptakan keadilan sosial. Apa yang diucapkan pada 16 Agustus nanti di depan ratusan jutaan rakyat harus realistis dan dilaksanakannya. Tidak hanya sebagai janji manis untuk memberikan harapan palsu. Penderitaan rakyat sudah menyesak di dada, lebih baik tindakan kecil yang dikunandangkan, tapi itu dilakukan ketimbang pemberian harapan besar yang tidak pernah diwujudkan. Mari bergengaman tangan siapa yang mampu dan memiliki pemikiran dibiarkan maju ke depan, tidak hanya bersuara tanpa tindakan. Banyak bicara tidak menyelesaikan persoalan. Selamat Hari Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia, jayalah negeri ini mensejahterakan rakyat. (mam)