Laba PNM Anjlok Sebesar 63,3%

PNM
PNM
Gemapos.ID (Jakarta) - Permodalan Nasional Madani (PNM) hanya memperoleh laba sebesar Rp359 miliar pada 2020. Angka ini turun 63,3% dibandingkan 2019 dari Rp977 miliar. Pada 2019 laba bersih lebih banyak karena dikontribusi oleh dana hibah. "Penurunan ini akibat dari banyaknya relaksasi yang dilakukan PNM pada 2020," kata Sunar Basuki, EVP Keuangan dan Operasional PT PNM di Jakarta pada Rabu (10/2/2021). Penurunan ini juga terjadi akibat naiknya beban usaha PNM yang naik sebanyak 14,2% menjadi Rp5,560 triliun pada 2020,. Walaupun tahun yang sama pendapatan usaha naik 12,1% menjadi Rp5.776 triliun. "Pencapaian yang cukup baik di masa pandemi seperti ini," ujarnya. Laba usaha PNM juga turun sebesar 24,3% pada 2020 dibandingkan 2019 yang mencapai sebesar Rp285 miliar. Sementara itu PNM mencapai kenaikan aset menjadi Rp31,7 triliun pada 2020 ketimbang 2019 dari Rp24,9 triliun dengan liabilitas hanya Rp26,1 triliun. Angka liabilitas tersebut termasuk meningkat dari tahun 2019 yang hanya mencapai Rp22 triliun. Pada sisi ekuitas PNM turut mengalami kenaikan mencapai Rp5,6 triliun. Beban usaha PNM yang naik sebanyak 14,2% pada 2020 menjadi Rp5.560 triliun. Walaupun pada tahun yang sama pendapatan usaha naik 12,1% menjadi Rp5.776 triliun. "Kita sempat kehilangan pendapatan di masa-masa April, Mei, Juni, mungkin sampai Agustus," paparmya Itu ada penurunan pendapatan yang diakibatkan oleh dampak pandemi Covid-19. Jadi, kita banyak melakukan relaksasi sehingga PNM tidak full menerima pembayaran dari nasabah" jelasnya. Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan EVP Bisnis ULaMM PNM Kindaris bahwa pada April sampai Mei, PNM sempat tidak melakukan penyaluran dana akibat pandemi. Hal ini terlihat secara outstanding juga mengalami penurunan. Pada 2020 jumlah nasabah PNM mencapai kenaikan 27% dibandingkan  2019. Jumlah nasabah pada tahun 2020 sebanyak 7,9 juta, sementara pada 2019 hanya 6 juta. "Ini merupakan hasil yang impresif di tengah pandemi. Di saat perusahaan lain mengalami kinerja menurun, kalau kita berkembang," jelas Basuki. PNM memaparkan pada 2021 menargetkan 9,6 juta nasabah. Pada Februari 2021 perusahaan ini sudah meraih 8,2 juta nasabah. Nasabah PNM terbanyak saat ini berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. PNM juga berhasil menurunkan gearing ratio dua kali lipat dari tahun 2019, menjadi 4x dari 8x. Penurunan ini berhasil dilakukan karena PNM mendapatkan penyertaan modal dari negara sebesar Rp2,5 triliun. Gearing ratio adalah perbandingan antara total pinjaman PNM ke bank, pasar modal, dan pemerintah dengan modal PNM, sehingga semakin rendah angkanya maka semakin aman dan baik bagi perusahaan. Penurunan gearing ratio yang dicapai oleh PNM membuat kesempatan PNM untuk meminjam di pasar modal lebih besar, dimana pendanaan PNM paling besar memang berasal dari pasar modal dengan total Rp13.404 miliar. PNM juga berhasil berkontribusi dalam mempekerjakan karyawan dan karyawati di seluruh Indonesia dengan merekrut lebih dari 10 ribu karyawan sepanjang 2020, dengan total 49.162 karyawan secara keseluruhan yang tersebar di 3.357 kantor PNM di 34 provinsi. Perusahaan ini mendukung penyaluran pembiayaan PNM akan menerbitkan obligasi pada kuartal I pada 2021 melalui penawaran umum berkelanjutan (PUB) III Tahap V. Total penerbitan dari Rp6 triliun menjadi sisa Rp666,2 miliar. Obligasi akan ditawarkan dengan tenor 1, 3, dan 5 tahun. Sunar juga membeberkan bahwa terdapat perubahan rating Pefindo A+ yang baru saja dikeluarkan pada Februari 2021. Sebelumnya, pada Agustus 2020 perusahaan mendapatkan negative outlook, sehingga rating PNM pada tahuin ini lebih baik daripada tahun lalu. "Minat investornya cukup tinggi, sudah oversubscribe sampai 300%, ini merupakan gambaran bahwa PMN sebuah lembaga yang cukup baik," terangnya. Proyeksi itu akan didukung target penambahan nasabah dan jumlah peningkatan plafon dari nasabah naik kelas. PNM juga merencanakan penyaluran pembiayaan pada 2021 akan mencapai Rp38 triliun atau naik 41,47% secara tahunan. Rencana tersebut didukung dengan adanya penambahan nasabah dan jumlah peningkatan plafon dari nasabah yang naik kelas. "Makanya kita ingin di masa pandemi kita harapkan target 2021 nasabah yang naik kelas sekitar 650.000 dari 7,9 juta bisa naik kelas ke pembiayaan yang lebih tinggi," jelas Basuki.