Komentar Epidemiolog Harga PCR Tinggi di Indonesia

Dicky Budiman
Dicky Budiman
Gemapos.ID (Jakarta) - Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, menyarankan tes antigen dipakai pemerintah guna pelacakan kasus Covid-19 di Indonesia. Hal ini didasari harga tes polymerase chain reaction (PCR) di dalam negeri masih tinggi dibandingkan alat-alat tes lainnya. “Kalau PCR-nya nggak bisa turun-turun, ya udah untuk konfirmasi doang carilah rapid test antigen yang murah dan akurat, dan banyak sekarang," katanya pada Kamis (12/8/2021). Sejumlah faktor yang mempengaruhi harga PCR lebih tinggi di Indonesia dibandingkan di Indua seperti biaya pajak dan biaya administrasi. Hal ini dilakukan ketika tes PCR di laboratorium atau rumah sakit. "Yang global ya India paling murah, bahkan di harga terakhir itu di kisaran US$5,5 atau sekitar Rp70.000 atau Rp80.000-an. Dan ini kan terkait dengan kebijakan yang diambil pemerintah India itu mungkin peringanan pajak, peringanan biaya masuk dan sebagainya,” ujarnya. Hal lainnya antara lain biaya administrasi yang rendah sekali berbeda dengan negara maju relatif tinggi. Apalagi itu di swasta biaya jadi lebih tinggi. "Kalau bicara testing ya dibuat testing-nya itu sendiri tersedia di banyak tempat dan murah, tapi kalau rapid tes-nya antigen INdia juga murah banget karena riset sendiri sekitar Rp20.000-Rp30.000-an Dicky mengemukakan pemerintah dapat menurunkan harga PCR bekerjasama dengan laboratorium. Bahkan, ini bisa diberlakukan kepada warga secara gratis. .”Negara-negara yang berhasil mengendalikan pandeminya kayak Australia, Korea, atau Thailand, Vietnam gratis tes itu. Nggak mesti harus PCR juga, rapid test antigen juga bisa, kan akuratnya hampir sama kalau sekarang," ucapnya.