Indonesia Bisa Krisis Daging Sapi

Muladno Basar
Muladno Basar
Gemapos.ID (Bogor) - Wilayah Jabodetabek bisa mengalami krisis daging sapi berkepanjangan jika tidak disikapi dengan solusi jangka panjang dari pemerintah dan pelaku usaha. Lonjakan harga daging sapi yang menyebabkan para pedagang di pasar tradisional melakukan aksi mogok di wilayah tersebut. "Harga yang melonjak tinggi ini merupakan dampak dari ketergantungan Indonesia terhadap impor daging sapi dari negara lain, khususnya Australia," kata Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University Muladno Basar di Bogor pada Jumar (23/1/2021). Impor sapi dari Brazil dan Meksiko juga mahal karena terlalu jauh dari segi jarak atau geografis. Produksi sapi bakalan di Indonesia tidak mencukupi. "Sapi bakalan jantan di Indonesia lebih banyak disiapkan oleh peternak untuk Hari Raya Idul Adha," ujarnya. Jabodetabek merupakan wilayah konsumen daging ternak. Sebanyak delapan provinsi yang bisa memasok daging ke Jabodetabek dengan populasi sapi jantan di atas 750.000 per provinsi. Delapan provinsi tersebut, yakni Jawa Timur dengan populasi tertinggi di atas empat juta ekor, diikuti Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Sumatra Utara, Lampung dan Bali. Namun, delapan provinsi ini tidak cukup memenuhi kebutuhan pangan hewan ternak ke Jabodetabek. Jadi,, Indonesia memasok dari Australia dengan populasi sapi di atas 26 juta ton. Darwin juga memasok kebutuhan daging ke Jakarta, karena jarak lebih dekat dibandingkan wilayah Sulawesi.. Jadi, ketergantungan impor dari Australia, harga daging sapi di Jabodetabek akan terkatrol naik jika harga sapi bakalan di negara tersebut mengalami kenaikan. "Serahkan kegiatan industri sapi ini ke pebisnis secara total. Pemerintah hanya terbitkan regulasi yang kondusif bagi pebisnis," tukasnya. (din)