Berikut Bagaimana Cegah Anak Terjangkit Pneumonia

Cissy B. Kartasasmita
Cissy B. Kartasasmita
Gemapos.ID (Jakarta) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Cissy B. Kartasasmita menyatakan Pneumococcal Conjugate Vaccine (PVC) diberikan guna mencegah anak terjangkit pneumonia yang dapat dibarengi dengan vaksin lain. Vaksinasi yang dimaksud seperti diphteria, tetanus, acellular atau whole cell pertussis, haemophilus influenza type b, dan inactivated poliomyelitis. Kemudian, hepatitis B, meningococcal serogroup C, MMR dan varicella serta tt-conjugated meningococcal polysaccharide serogroups A, C, W, dan Y. "Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian imunisasi PCV sebanyak dua kali bagi anak usia 7-12 bulan sejak 2020," katanya pada Kamis (15/7/2021). Hal ini diberikan minimal jarak satu bulan atau booster diberikan setelah anak berumur 12 bulan dengan jarak minimal dua bulan dari dosis sebelumnya. Untuk anak usia 1-2 tahun dapat diberikan PCV sebanyak dua kali dengan jarak dua bulan. Hal ini dilanjutkan dengan pemberian PCV10 bagi anak usia 2-5 tahun sebanyak dua kali dengan jarak dua bulan dan PCV13 sebanyak satu kali. Pemberian vaksin PCV bagi anak juga bisa mencegah penyakit-penyakit lain seperti meningitis dan radang telinga. Tindakan ini memberikan efek sanping antara lain nyeri di tempat suntikan, demam, dan anak rewel yang tidak membutuhkan pengobatan, tapi orangtua bisa mengobatinya. Pneumonia terjadi akibat infeksi pada jaringan paru-paru, sehingga ini tidak terjadi pertukaran gas. Salah satu bakteri penyebab sakit pneumokokus terhisap yang berkembang di tenggorokan melalui darah berpindah ke tempat lain seperti paru-paru. Gejala-gejala pneumonia antara lain demam, lemas, tidak nafsu makan dan minum, kesadaran menurun sehingga terus tidur, dan gangguan saluran cerna seperti diare dan batuk. Hal lainnya adalah anak bernapas cepat, merintih karena merasa sakit dan cuping hidung kembang kempis. Penyebabnya, kebutuhan banyak oksigen dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat menarik napas. "Batuk pilek dengan kesulitan bernapas dan napas cepat merupakan gejala pneumonia, ditambah tarikan dada ke dalam maka sudah berat dan mengancam jiwa," ucap Cissy B. Kartasasmita. Gejala-gejala lainnya seperti kebiruan di sekitar mulut sebagai penanda kekurangan oksigen (hipoksia) yang berbunyi kreek dan saturasi oksigen turun dari batas normal sebesar 95%-100%. Seorang ibu diminta memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada anaknya supaya anaknya tidak terkena pneumonia. Selain itu memberikan kolostrum selama lima hari hingga sepekan pertama yang mengandung berbagai zat antiinfeksi dan vitamin A. Selain itu memperhatikan kualitas udara di rumah, menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) seperti rajin mencuci tangan. Kemudian, memberikan nutrisi yang baik supay tidak terjadi malnutrisi. “Selain itu, cegah anak lahir dengan berat badan rendah melalui pemeriksaan kehamilan dengan baik, hindari anak terpapar asap rokok,” tutur Cissy B. Kartasasmita. Orangtua juga diminta tidak merokok, karena bajunya akan mengandung zat nikotin. Di dalam baju yang masih berbau nikotin, ada yang bisa masuk ke saluran napas, merusak pertahanan saluran napas. "Di situ ada rambut-rambut kecil yang tidak bisa bergerak kalau kena asap rokok," ujarnya. .Jika anak telah terkena nikotin, maka anak bisa diberikan pengobatan sesuai petunjuk dokter seperti antibiotik dan cairan infus. Apabila terjadi komplikasi antara lain nanah di dalam kantung paru-paru berakibat paru-paru menjadi kempis dan gagal napas, maka anak perlu dilarikan ke Intensive Care Unit (ICU).