Bali Optimistis Kembangkan PLTS

Ida Bagus Ngurah Arda
Ida Bagus Ngurah Arda
Gemapos.ID (Jakarta) -  Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Bali Ida Bagus Ngurah Arda menyatakan pihaknya kini tengah melakukan pembaharuan dan perkembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).  Ia mengakui bahwa saat ini pihaknya sedang membuat peraturan daerah untuk memperkuat legalitas program energi baru terbarukan tersebut di Bali. “Perda sudah ada di biro hukum dan sedang dalam proses. Energi bersih mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat. Untuk Bali sebagai destinasi pariwisata sangat baik sekali jika terus dikembangkan,” katanya.  Kemudian, rencana pembangunan dua PLTS di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Jembrana sebesar 50 Megawatt (MW) akan mulai dibangun pada 2023 dan 2025. Selain pengembangan energi pada PLTS, pihaknya juga melakukan pengembangan energi pada pada mobil. Dimana mobil-mobil yang kerap digunakan dan menimbulkan polusi udara akan dialihkan pada pembaharuan mobil listrik.  Bali Putu Putrawan, Manajer Senior PT Perusahaan Listrik Negara/PLN (Persero) mengemukakan PLTS atap memiliki potensi sangat besar di Bali. Dia memprediksi masuknya energi dari PLTS atap bisa mencapai 236 MW pada 2025. Besaran daya itu berasal dari PLTS yang dibangun investor ditambah dengan rooftop yang secara bertahap mulai disosialisasikan. “Karena beban puncak itu kami prediksi 796 MW, dan 20% dari itu  energi baru terbarukan. Kira-kira 100 MW dari PLTS, sisanya dari PLTS atap. Itu bagian dari energi bersih yang hanya bisa dipakai siang hari,” ujarnya. Data hasil kajian Peta Jalan Pengembangan PLTS Atap melalui Bali Mandiri Energi yang dilakukan oleh Center for Community Based Renewable Energy (Core) Universitas Udayana dan Greenpeace pada 2019 turut mengungkapkan wilayah Bali Selatan sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan PLTS atap. Kemudian, pendekatan sistem permodelan pemetaan akan diketahui bahwa energi surya di Provinsi Bali dapat mencapai 113.436.5 GWh per tahun, dimana ini jauh melebihi permintaan energi penduduknya pada 2017 yakni 10.014 GWh per tahun. Walaupun demikian, perubahan dan perkembangan pada energi, papar,  Ida Ayu Dwi Giriantari, Ketua CORE Universitas Udayana mengungkapkan  tantangan yang masih perlu diselesaikan adalah skema pembiayaan dan edukasi kepada masyarakat di Bali. Hal ini untuk menyadarkan akan pembangkit listrik tenaga surya PLTS terutama PLTS Atap (PLTSA) memiliki potensi besar yang bisa dimanfaatkan. “Selain itu, belum adanya kebijakan khusus dari pemerintah untuk mendorong masyarakat dalam penggunaan PLTSA ini ke depan. Juga, belum adanya kesepakatan bersama antara masyarakat pengguna PLTSA dengan PLN sebagai regulator resmi supplier listrik untuk masyarakat,” tuturnya. (m1)