Ekonom Minta Pemerintah Belajar Berbagai Hal dari Kondisi Tahun Ini, Apa Saja Itu?

“Gejolak ekspor kita membaik (2022). Namun di sisi lain pemerintah masih melakukan pengaturan harga, terutama pada komoditi CPO (crude palm oil) saat itu, sehingga terjadi kelangkaan minyak goreng. Hal tersebut diharapkan menjadi pembelajaran bagi pemerintah untuk tidak terlalu intervensi dan melakukan pengaturan harga yang ketat,” katanya pada Senin (12/12/2022).
“Gejolak ekspor kita membaik (2022). Namun di sisi lain pemerintah masih melakukan pengaturan harga, terutama pada komoditi CPO (crude palm oil) saat itu, sehingga terjadi kelangkaan minyak goreng. Hal tersebut diharapkan menjadi pembelajaran bagi pemerintah untuk tidak terlalu intervensi dan melakukan pengaturan harga yang ketat,” katanya pada Senin (12/12/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute (TII) Nuri Resti Chayyani mengemukakan Indonesia bisa belajar untuk tidak terlalu intervensi dan melakukan pengaturan harga yang ketat pada komoditas tertentu pada saat mendapat keuntungan atau windfall effect (kenaikan harga komoditas di tingkat global).

“Gejolak ekspor kita membaik (2022). Namun di sisi lain pemerintah masih melakukan pengaturan harga, terutama pada komoditi CPO (crude palm oil) saat itu, sehingga terjadi kelangkaan minyak goreng. Hal tersebut diharapkan menjadi pembelajaran bagi pemerintah untuk tidak terlalu intervensi dan melakukan pengaturan harga yang ketat,” katanya pada Senin (12/12/2022).

Indonesia juga bisa belajar untuk lebih memperhitungkan penyusunan asumsi dasar makro terkait harga minyak dunia pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Langkah ini merujuk kepada peristiwa lonjakan harga minyak mentah dunia pada pertengahan 2022 yang melampaui asumsi APBN 2022.

“Masalah bahan bakar minyak mentah yang melonjak pada pertengahan tahun (2022) juga perlu menjadi pelajaran dengan menambah asumsi dasar makro terkait harga minyak dunia agar tidak terjadi lagi kerugian APBN,” ujarnya.

Berbagai pelajaran tersebut bisa menjadi bekal Indonesia untuk menghadapi 2023 yang diperkirakan Bank Dunia bahwa negara ini akan mengalami perlambatan ekonomi akibat krisis yang melanda negara-negara maju.

Sementara itu Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky sependapat Indonesia bisa belajar perlu transformasi energi dan subsidi di dalam negeri saat kenaikan harga komoditas di tingkat global, khususnya minyak mentah.

“Ketidakpastian yang tinggi dari tensi geopolitik juga bisa menjadi pelajaran bahwa resiliensi (ketahanan) eksternal perlu terus dijaga oleh Indonesia,” ujarnya.

Indonesia perlu melakukan langkah antisipatif untuk menghadapi normalisasi kebijakan fiskal dan ancaman pengetatan kebijakan moneter pada 2023. (ant/moc)