Psikiater: Kesadaran Tentang Depresi Jadi Bantuan Pertama yang Dibutuhkan

Ilustrasi: Psikiater yang menenagkan pasien yang mengalami depresi
Ilustrasi: Psikiater yang menenagkan pasien yang mengalami depresi

Gemapos.ID (Jakarta) - Psikiater yang terhimpun dalam Ikatan Dokter Indonesia, dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, dr. Eva Suryani, Sp.KJ, mengatakan dengan meningkatkan kesadaran tentang depresi adalah salah satu langkah pertama untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.

Hal ini menyusul kondisi penderita gangguan kesehatan jiwa, termasuk depresi, dapat menjadi buruk jika tak segera ditangani.

"Depresi itu seperti samudera biru yang dalam. Orang dengan depresi sering merasa seperti tenggelam di bawah ombak. Depresi juga datang pada berbagai tingkat kedalaman; semakin dalam depresinya, semakin gelap warnanya," kata dr. Eva dalam keterangan pers, Senin.

"Orang harus menyadari bahwa memahami kondisi dan gejalanya dapat membantu pasien. Ketidakseimbangan kimia dapat menyebabkan depresi, namun depresi dapat dikelola dan diobati oleh tenaga kesehatan profesional," imbuhnya.

Kesehatan jiwa sendiri memiliki prioritas rendah di negara-negara Asia Tenggara. Depresi juga tidak dipahami dengan baik di kawasan ini, mengingat stigma dan kesadaran yang rendah menghambat akses pasien terhadap pengobatan. Akibatnya, pasien terus-menerus merasa frustrasi dan tidak berdaya.

Di Indonesia sendiri, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan jiwa emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Untuk itu, perusahaan kesehatan dan gaya hidup Johnson & Johnson mengusung kampanye edukasi tentang depresi bertajuk "#MoreThanBlue" untuk meningkatkan kesadaran akan depresi dan menekankan pentingnya mencari pengobatan.

Pada fase awal kampanye ini, Johnson & Johnson Indonesia memperkenalkan karakter Alex yang dikembangkan oleh Janssen, perusahaan farmasi dari Johnson & Johnson.

Melalui karakter dan cerita komik inilah, perusahaan ingin menyebarkan edukasi tentang depresi. Melalui cerita komik ini, masyarakat umum dan generasi muda dapat belajar dan mengenal tentang depresi, dampaknya, serta tanda dan gejala untuk mengenalinya.

Program ini mendorong orang untuk mendapatkan informasi (mengenali tanda-tanda depresi dan dampaknya), mendapatkan screening (menyadari bahwa mereka tidak sendirian dan dapat disembuhkan), dan mendapatkan bantuan (berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional dan menerima perawatan yang tepat).

"Kampanye #MoreThanBlue membahas masalah ini dan mendorong masyarakat untuk memahami penyebab, gejala, dan mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkan dari para ahli," ujar Country Leader of Communications & Public Affairs for Johnson & Johnson Pharmaceutical in Indonesia & Malaysia Devy Yheanne.(pa)