Berikut Penjelasan Kemenkes Terkait Dominasi Covid-19 Varian XBB dan BQ1

“Kemudian informasi tentang varian XBB dan BQ.1, kalau kita kemarin BA.5 yang paling banyak mendominasi di Indonesia, ini sekarang sudah bergeser,” kata Juru Bicara (Jubir) Kemenkes Mohammad Syahril di Jakarta pada Jumat (2/12/2022).
“Kemudian informasi tentang varian XBB dan BQ.1, kalau kita kemarin BA.5 yang paling banyak mendominasi di Indonesia, ini sekarang sudah bergeser,” kata Juru Bicara (Jubir) Kemenkes Mohammad Syahril di Jakarta pada Jumat (2/12/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan Covid-19 varian XBB dan BQ.1 telah mendominasi semua jenis varian Covid-19 yang beredar selama pandemi di Indonesia. 

“Kemudian informasi tentang varian XBB dan BQ.1, kalau kita kemarin BA.5 yang paling banyak mendominasi di Indonesia, ini sekarang sudah bergeser,” kata Juru Bicara (Jubir) Kemenkes Mohammad Syahril di Jakarta pada Jumat (2/12/2022). 

Pergeseran dominasi varian XBB dan BQ.1  sudah terjadi sejak 10 Oktober hingga akhir November 2022.

Jika varian XBB dan BQ.1 sudah mendominasi proporsi Covid-19 sebanyak 90%, maka varian BA.5 tersisa sebanyak 10%. 

“Berarti bisa dikatakan proporsi varian baru ini hampir 100 persen adalah XBB maupun BQ.1,” ujarnya. 

Dominasi penyebaran Covid-19 varian XBB dan BQ.1 bisa menginfeksi lebih cepat, sehingga ini harus diwaspadai oleh seluruh masyarakat, terutama jelang libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.

Jadi, semua pihak diminta segera melengkapi dosis vaksinasi Covid-19 yang dapat meningkatkan antibodi melawan virus. Pasalnya, data Kemenkes periode 4 Oktober 2022-21 November 2022 menyebutkan jumlah pasien dengan gejala sedang-berat-kritis sudah mencapai 17.442 orang.

Jika dikaitkan dengan dampak tidak divaksinasi, maka sebanyak 39% belum divaksinasi, sebanyak 7% menerima dosis satu, sebanyak 25% menerima dosis kedua, dan sebanyak 29% penerima booster. 

Sementara itu Mohammad Syahril mengemukakan sebanyak 2.449 orang meninggal terbagi atas sebanyak 48% belum divaksinasi sama sekali.

Kemudian, sebanyak 8% menerima dosis pertama, sebanyak 26% menerima dosis kedua, dan sebanyak 18% sudah booster hanya 18 persen.

“Proporsi ini sangat mempengaruhi masuknya seseorang dalam perawatan di rumah sakit. Di sini terlihat usia usia yang dirawat memang yang tertinggi adalah usia di atas 60 tahun dan belum divaksinasi,” ujarnya. 

Jika sebanyak 40% sampai 50% kematian pasien di rumah sakit akibat Covid-19 adalah kelompok yang belum divaksinasi lengkap.

Sementara itu pemerintah terus berupaya menjaga situasi tetap terkendali melalui enam strategi menuju endemi. Selain itu juga menyosialisasikan risiko penularan dan menekankan bahwa Covid-19.

Pemerintah juga sedang menyiapkan pelayanan kesehatan dari hulu hingga hilir seperti transformasi kesehatan dengan enam pilar.

Penguatan testing dan sekuensing turut dilakukan melalui tes antigen, tes Polymerase Chain Reaction (PCR), dan Whole Genome Sequencing (WGS) di semua laboratorium Indonesia.

Langkah ini guna mendeteksi kemunculan varian baru yang lahir dari mutasi Covid-19.

Pemerintah juga mengantisipaso kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 melalui monitoring harian guna memutuskan kebijakan yang tepat pada publik. Kemudian, melakukan tindakan dan pengendalian secara menyeluruh dan berkesinambungan.

“Vaksinasi ini menjadi bagian upaya atau strategi kita dalam mencapai akhir pandemi. Di samping kita harus selalu senantiasa mengkomunikasikan risiko-risiko pada masyarakat bahwa pandemi Covid-19 masih ada di sekitar kita,” tuturnya. (ant/din)