Bagaimana Kondisi Sektor Konstruksi Tahun Depan, Simak Analisa Pakar

"Total pasar proyek konstruksi (proyek gedung dan sipil, tidak termasuk migas) pada 2023 diperkirakan tumbuh sebesar 5,78% dibandingkan tahun ini," kata Manajer riset nasional BCI Central, Cahyono Siswanto di Jakarta pada Jumat (2/12/2022).
"Total pasar proyek konstruksi (proyek gedung dan sipil, tidak termasuk migas) pada 2023 diperkirakan tumbuh sebesar 5,78% dibandingkan tahun ini," kata Manajer riset nasional BCI Central, Cahyono Siswanto di Jakarta pada Jumat (2/12/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Sektor konstruksi di Indonesia tetap bertumbuh pada 2023, walaupun ekonomi global dilanda ketidakpastian akibat pelambatan ekonomi di beberapa negara maju.

"Total pasar proyek konstruksi (proyek gedung dan sipil, tidak termasuk migas) pada 2023 diperkirakan tumbuh sebesar 5,78% dibandingkan tahun ini," kata Manajer riset nasional BCI Central, Cahyono Siswanto di Jakarta pada Jumat (2/12/2022). 

Walaupun demikian, pertumbuhan ini tidk sebesar pada 2021 dibandingkan 2020 mencapai 27,77%. 

Total pasar konstruksi Indonesia diperkirakan mencapai Rp332,95 triliun pada 2023 terbagi atas 47,29% di sektor sipil dan 52,71% di sektor bangunan.

Kegiatan sektor sipil (termasuk infrastruktur, transportasi dan utilitas) meningkat pada 2022 yakni naik sebesar 7,12% dibandingkan 2021.

Konstruksi sipil diperkirakan meningkat sebesar 10,13% pada 2023 dengan nilai Rp157,46 triliun.

Proyek sipil yang menjadi berkontribusi besar pada tahun depan adalah jalan dan jembatan, bendungan, pelabuhan dan pekerjaan sipil dan pembangkit listrik.

Sektor bangunan diperkirakan meningkat 10,13% pada 2023 mencapai Rp175,49 triliun.

Kategori proyek perumahan dan industri diharapkan menjadi kontributor terbesar terhadap total nilai konstruksi bangunan pada 2023 dengan porsi masing-masing sebesar 31,28 persen dan 25,02 persen.

Untuk proyek ritel dan perkantoran menjadi proyek yang sedang berkembang pada 2023.

Prospek pasar ini diharapkan bisa memberikan gambaran optimis konstruksi Indonesia satu tahun ke depan, sehingga dapat memberikan kepercayaan bagi pelaku bisnis di Indonesia.

Penasihat Utama Lembaga Riset Ekonomi Kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur (ERIA), Dr. Lili Yan Ing mengamini resesi dan instabilitas keuangan yang dipicu pelambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju seperti Eropa, China, hingga Amerika Serikat tidak berdampak pada beberapa negara Asean. 

Bahkan, beberapa negara Asean diperkirakan lolos dari resesi karena negara-negara ini mulai pulih dan tekanan inflasi mulai mereda seperti Indonesia.

Walaupun demikian, Indonesia diminta tetap waspada terhadap pelambatan ekonomi global. Langkah ini dapat dilakukan dengan menjaga stabilitas ekonomi makro (fiskal yang hati-hati dan suku bunga yang wajar).

Kemudian, meningkatkan daya saing di sektor manufaktur dengan meningkatkan infrastruktur lunak dan keras, menyederhanakan prosedur ekspor, impor dan investasi dan lainnya. 

Pemerintah diminta memformulasikan kebijakan yang hati-hati untuk merespon ketidakpastian karena gejolak ekonomi global. (ant/din)