Kemenperin Optimistis Industri Tetap Ekspansif Tahun Depan, Apa Dasarnya?

“Kondisi PMI manufaktur yang ekspansif ini patut disyukuri di tengah perlambatan ekonomi global. Hal ini berarti pelaku industri di Tanah Air tetap optimistis dengan kondisi bisnisnya dan terus berekspansi,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta pada Kamis (1/12/2022).
“Kondisi PMI manufaktur yang ekspansif ini patut disyukuri di tengah perlambatan ekonomi global. Hal ini berarti pelaku industri di Tanah Air tetap optimistis dengan kondisi bisnisnya dan terus berekspansi,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta pada Kamis (1/12/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai industri tetap ekspansif saat pertumbuhan perekonomian global yang diprediksi melambat pada 2022 yang akan berlanjut pada 2023.

Hal itu tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur oleh S&P Global yang menunjukkan posisi 50,3 pada November 2022.

“Kondisi PMI manufaktur yang ekspansif ini patut disyukuri di tengah perlambatan ekonomi global. Hal ini berarti pelaku industri di Tanah Air tetap optimistis dengan kondisi bisnisnya dan terus berekspansi,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta pada Kamis (1/12/2022). 

Menurut S&P Global, tercatat di atas tanda tidak ada perubahan 50,0, headline konsisten dengan lima belas bulan berturut-turut perbaikan kesehatan sektor manufaktur Indonesia.

Penurunan PMI manufaktur dari bulan sebelumnya terjadi di sejumlah negara ASEAN, seperti Vietnam dari 50,6 turun ke 47,4, Malaysia dari 48,7 turun ke 47,9, dan Myanmar dari 45.7 turun ke 44,6. 

Kondisi PMI manufaktur Indonesia juga lebih baik bila dibandingkan dengan Jepang dari 50,7 turun ke 49,0 dan China dan Korea Selatan yang masih menunjukkan kontraksi di angka 49,4 dan 49. 

Kondisi PMI manufaktur Indonesia pada November lalu dipengaruhi oleh permintaan baru dan output yang turun. Namun, ini masih terdapat pelaku industri yang melaporkan kondisi permintaan utama dan pemenangan klien baru mendukung keseluruhan ekspansi bisnis baru.

Kondisi ini sejalan dengan hasil survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dilakukan oleh Kemenperin. Hasil survei IKI pada November 2022 menunjukkan penurunan produksi yang disebabkan oleh turunnya pesanan.

Walapun demikian, industri manufaktur masih memiliki optimisme terhadap bisnisnya, dengan didukung daya beli masyarakat yang masih terjaga, tercermin dari inflasi pada Oktober sebesar 5,71%.

Selain itu, persiapan perayaan Natal dan tahun baru di bulan ini juga mendukung peningkatan pesanan.

“Pertumbuhan ekonomi yang positif pada sejumlah negara mitra di triwulan III 2022, di antaranya China, Jepang, dan Amerika Serikat, juga menjadi sinyal yang mendukung kepercayaan diri para pelaku industri,” ujarnya. 

Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan mengemukakan kenaikan biaya terus terjadi meskipun inflasi harga kembali melambat pada November, yang memberikan sedikit kelegaan bagi perusahaan manufaktur.

Harga juga terus naik akibat perusahaan meneruskan biaya tambahan kepada klien, sehingga mungkin memerlukan perhatian kebijakan moneter lanjutan dalam waktu dekat.

Sementara itu Indeks Kepercayaan Industri yang dirilis oleh Kemenperin menunjukkan angka 50,89 pada November 2022, yang artinya berada dalam fase ekspansi.

Dari 23 subsektor industri yang disurvei, 11 subsektor yang mewakili 71,3 persen dari keseluruhan sektor industri mengalami ekspansi.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif menambahkan 31,8% perusahaan industri yang disurvei menjawab peningkatan kegiatan usaha secara umum pada November 2022, sedangkan 36,5% menjawab tetap, dan 31,7% menurun.

“Kemudian, mayoritas sebesar 58,1% menjawab pandangan kondisi enam bulan ke depan optimis, 2,8% menjawab stabil, dan 18,1% pesimis,” ucapnya. (ant/mam)