Kementerian LHK Minta Ini kepada Perusahaan Migas Guna Tekan Emisi Kaebon

"Migas sebagai sektor yang intensif memiliki karbon tinggi, berada dalam tekanan yang tinggi dan tak terhindarkan untuk merespons dengan tepat transisi menuju dekarbonisasi," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya  di Konvensi Internasional III Industri Hulu Minyak dan Gas 2022 di Nusa Dua, Bali pada Kamis (24/11/2022).
"Migas sebagai sektor yang intensif memiliki karbon tinggi, berada dalam tekanan yang tinggi dan tak terhindarkan untuk merespons dengan tepat transisi menuju dekarbonisasi," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya di Konvensi Internasional III Industri Hulu Minyak dan Gas 2022 di Nusa Dua, Bali pada Kamis (24/11/2022).

Gemapos.ID (Jakarta) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LKH) meminta perusahaan minyak dan gas (migas) untuk menerapkan dekarbonisasi guna mendukung upaya mewujudkan emisi nol karbon pada 2060.

"Migas sebagai sektor yang intensif memiliki karbon tinggi, berada dalam tekanan yang tinggi dan tak terhindarkan untuk merespons dengan tepat transisi menuju dekarbonisasi," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya  di Konvensi Internasional III Industri Hulu Minyak dan Gas 2022 di Nusa Dua, Bali pada Kamis (24/11/2022). 

Perusahaan migas dinilai sudah berkomitmen menerapkan dekarbonisasi hingga 2050 dalam merespons tantangan emisi nol karbon.

Beberapa upaya dalam menerapkan dekarbonisasi seperti Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) atau sistem penangkapan karbon (CO2) untuk menekan emisi karbon di sektor migas.

Emisi gas rumah kaca (GRK) di Indonesia pada 2020 mencapai 1,05 giga ton CO2. Dari jumlah itu sekitar 584 juta ton CO2 atau sekitar 55,62 persen berasal dari sektor energi.

Sektor migas berkontribusi sekitar 164,7 juta ton CO2 atau 15,69% dari kilang minyak dan transportasi sekitar 12,8%.

Data Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan melalui kebijakan emisi nol karbon, permintaan minyak secara global menurun hingga 75 juga barel per hari pada 2030.

Kondisi ini dipicu oleh penjualan kendaraan bermotor dengan basis bahan bakar listrik yang melonjak hingga 60 persen pada 2030.

Industri migas di Indonesia memiliki peran yang penting dalam memastikan ketersediaan energi, mencermati permintaan yang tinggi akibat kenaikan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Energi banyak diserap sektor transportasi dan industri.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan permintaan minyak dan gas terus tumbuh terutama di negara berkembang seperti di India dan negara-negara di Asia dan Afrika dengan urbanisasi dan industrialisasi berkembang signifikan.

Sementara itu, SKK Migas memiliki target produksi minyak satu juta barel per hari (BOPD) dan produksi gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030 untuk kebutuhan dalam negeri.

Potensi besar hulu migas Indonesia dengan 68 potensi cekungan yang belum dieksplorasi dan cadangan terbukti minyak sebesar 2,4 miliar bbl (barel biru) dan cadangan gas terbukti diperkirakan sebesar 43 triliun kaki kubik. (ant/mau)