Kata Pengamat Soal Peran Indonesia Damaikan Rusia-Ukraina

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berfoto bersama (dari kiri) Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard Casaubon usai menghadiri KTT Mexico, Indonesia, South Korea, Turkey, and Australia (MIKTA) di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022). (ant)
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berfoto bersama (dari kiri) Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard Casaubon usai menghadiri KTT Mexico, Indonesia, South Korea, Turkey, and Australia (MIKTA) di Nusa Dua, Bali, Selasa (15/11/2022). (ant)

Gemapos.ID (Jakarta) - Indonesia memiliki peran penting dalam perumusan rencana perdamaian antara Ukraina dan Rusia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, kata pengamat hubungan internasional Universitas Brawijaya Erza Killian Ph.D.

Menurut ia, pertemuan KTT G20 merupakan pertemuan kali pertama sejumlah kepala negara yang memiliki posisi berbeda-beda terkait perang antara Rusia dan Ukraina.

"Iya (Indonesia memainkan peran penting). Jadi, Indonesia sebagai tuan rumah, jika ada usulan tentang rencana perdamaian, kita membawa usulan tersebut untuk melihat kemungkinan bisa diterima atau tidak," kata Erza di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (15/11/2022).

Erza menjelaskan kemungkinan adanya kesepakatan negara-negara anggota G20 untuk merumuskan rencana perdamaian antara Ukraina dan Rusia tersebut sangat terbuka, namun dengan sejumlah catatan, antara lain pemilihan bahasa terkait konflik Ukraina-Rusia tersebut menjadi hal yang penting. Hal itu karena tidak mungkin secara langsung disebutkan perang antara Ukraina dengan Rusia.

"Meskipun mungkin tidak akan secara spesifik langsung Ukraina dan Rusia karena memang Rusia juga akan masuk dan menandatangani komunike. Bisa jadi bahasanya itu tentang konflik, pencegahan konflik," ujarnya.

Ia menambahkan dua negara besar seperti Amerika Serikat dan China memiliki posisi yang berbeda terkait konflik antara Ukraina dan Rusia. Namun, diharapkan ada rencana perdamaian yang bisa disepakati bersama dalam KTT G20.

Indonesia, lanjut Erza, perlu mendapatkan dukungan dari sejumlah negara besar yang merupakan anggota G20 tersebut. Indonesia sebagai tuan rumah bisa memainkan peran penting yang pada akhirnya mengusung rencana perdamaian dalam konferensi tersebut.

"Rumusan yang bisa disetujui bersama itu yang akan menjadi pintu masuk untuk menyelesaikan konflik. Misalnya, Ukraina sudah ada rencana perdamaian dan itu bisa dipergunakan untuk lobi dan mendapatkan dukungan dari negara besar. Indonesia bisa memainkan peran itu," katanya.

Ia menambahkan Presiden Joko Widodo juga telah melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan meyakini salah satu poin penting dalam pembicaraan kedua kepala negara tersebut terkait konflik Rusia dan Ukraina.

"Pertemuan (Indonesia) dengan Amerika, isu yang dibahas biasanya berkaitan dengan isu ekonomi, investasi, termasuk juga kemudian berkaitan dengan Rusia-Ukraina. Pertemuan itu jadi pertemuan awal sebelum masuk ke pertemuan multilateral G20," ujarnya.

Terdapat tiga isu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia pada 2022, yakni arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, dan transformasi digital dan ekonomi.

Pada presidensi kali ini, Indonesia mengangkat tema "Recover Together, Recover Stronger". Melalui tema tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama, serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.

Para kepala delegasi G20 akan membahas ketiga isu tersebut pada 15-16 November 2022 dalam KTT yang dihelat di Bali itu. (na)