Jokowi Manuver Rebut Ketum PDI Perjuangan? Jangkar Baja: Salah Besar!

Presiden Jokowi dan Ketum Megawati Soekarnoputri saat pertemuannya di Batu Tulis, awal Oktober lalu. (ist)
Presiden Jokowi dan Ketum Megawati Soekarnoputri saat pertemuannya di Batu Tulis, awal Oktober lalu. (ist)

Gemapos.ID (Jakarta) - Pemanggilan Ganjar Pranowo buntut pernyataan siap dalam kontestasi 2024 dan pemberian sanksi oleh DPP PDI Perjuangan ternyata menjadi tafsir dan interpretasi sejumlah pihak.

Diantaranya menurut kritikus Faizal Assegaf, ada manuver agresif yang meneror Puan Maharani dan Megawati Soekarnoputri. Gerakan itu, disebutnya, sebagai jalan memuluskan Jokowi jadi Ketua Umum PDI Perjuangan.

Menurut Ketua Presidium Nasional Jaringan Kerja Akar Rumput Bersama Ganjar (Jangkar Baja), I Ketut Guna Artha (igat) menyikapi bahwa apapun pemberitaan yang tersiar secara luas memungkinkan siapapun untuk memberi tafsir.

Posisi Megawati Soekarnoputri sebagai episentrum kekuasaan saat ini yang menyandang predikat pemimpin politik terlama dan partai penguasa sangat mungkin menjadi target pelemahan.

PDI Perjuangan saat ini menurutnya adalah transformasi dari PDI hasil fusi dari PNI, Murba, IPKI, Parkindo dan Partai Katolik dan trah Soekarno dapat menjadi pemersatu. 

"Jika waktunya suksesi di internal PDIP menurut saya ‘trah Sukarno’ sangat mungkin sebagai simbol pemersatu. Ada Mba Puan Maharani, Mas Prananda Prabowo dan Mba Putri Guntur. Tinggal bagaimana dimasa ‘transisi’, AD/ART dibuat agar Ibu Megawati diberi hak prerogatif untuk memutuskan hal-hal khusus dan krusial,” ungkap I Ketut Guna Artha.

“Artinya tugas operasional partai dilaksanakan oleh Ketua Umum yang baru. Jadi salah besar menurut saya jika Pak Jokowi dikesankan akan merebut Ketua Umum PDI-Perjuangan," tegas Igat.

Dalam konteks Indonesia yang telah memilih jalan demokrasi, partai oposisi maupun partai koalisi pemerintah selain PDI Perjuangan tentu sah-sah saja ingin merebut kekuasaan. 

Sebagai partai penguasa, keputusan PDI Perjuangan untuk menentukan capres yang akan diusung di pilpres 2024 sangat wajar ditunggu publik.

Di lain pihak Presiden Jokowi tidak hanya mendiskusikan persoalan bangsa dengan sejumlah pimpinan partai koalisi pendukung pemerintah, namun juga tak luput membangun komunikasi dengan pimpinan partai oposisi maupun tokoh-tokoh diluar struktur partai.

"Menuduh manuver Presiden Jokowi untuk sekedar hanya merebut Ketua Umum PDI-P dengan mencapreskan Mas Ganjar Pranowo rasanya kurang bisa membaca psikologi seorang Jokowi. Saya malah berpikir bagaimana kita mengapresiasi kepemimpinan Presiden Jokowi untuk dapat berperan di kancah dunia (go international)," ujar Igat.

Persoalan bangsa dalam pemulihan ekonomi dampak Covid-19 yang belum selesai harus ditambah dengan beban krisis pangan dan energi dampak perang Rusia-Ukraina membutuhkan sinergitas seluruh komponen bangsa.

"Dengan merasakan begitu beratnya ancaman ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia melalui proses kontemplasi dan dialektika bersama Presiden Jokowi, saya berkeyakinan Ibu Megawati akan memutuskan Capres 2024 dengan rasional, bukan emosional,” kata Igat.

"Saya bersyukur Ibu Megawati diusia 75 tahun masih diberi kesehatan jasmani dan rohani. Oleh karena itu momentum 2024 melengkapi sebagai tokoh Reformasi dan Pemimpin Politik sepanjang masa, saya yakin Ibu Megawati akan mewariskan legacy, kembali melahirkan Pemimpin Nasional penerus Presiden Jokowi yang akan dicatat oleh sejarah Indonesia bahkan dunia," pungkasnya. (rk/rls)