Kasal Yudo Margono Pulang Kampung, Ajak Warga Madiun Nonton Wayang Kulit Semalam Suntuk

Pagelaran Wayang Kulit yang di adakan Kasal Laksamana TNI Yudo Margono di Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur
Pagelaran Wayang Kulit yang di adakan Kasal Laksamana TNI Yudo Margono di Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur

Gemapos.ID (Jakarta) - Usai melaksanakan kunjungan kerja ke negara-negara sahabat dalam rangka tugas diplomasi untuk membangun kepercayaan TNI Angkatan Laut (TNI AL) di mata dunia, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono didampingi Ketua Umum Jalasenastri Ny. Vero Yudo Margono disela-sela kesibukannya menyempatkan diri untuk pulang kampung layaknya rakyat pada umumnya.

Pulang kampong ini dilakukan untuk melepas rindu dan sekaligus menghibur warga kampung halamannya dengan nonton pagelayan wayang kulit semalam suntuk di Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Sabtu kemarin (22/10) kemarin.

Pada pagi harinya sebelum pegelaran Wayang, Laksamana Yudo bertemu dan berbagi kebahagiaan dengan masyarakat dan teman masa kecilnya dengan membagikan paket sembako kepada warga masyarakat. Acara tersebut disambut antusias oleh warga Madiun. 

Dalam kesempatan tersebut, Kasal menyampaikan rasa syukur dan bahagia dapat hadir dan berkumpul di tengah masyarakat serta mengenang kembali masa kecilnya dimana saat itu sebagai anak desa Laksamana Yudo masa kecil telah melalui banyak kenangan bersama teman-teman masa kecilnya seperti bermain di sawah, sungai, kebun, menggembala kambing dan juga kerbau layaknya anak desa pada masanya.

Warga Madiun sangat antusias mengetahui pak Yudo Margono (Laksamana Yudo Margono-Red) pulang ke kampung halamannya, mereka menyambut dengan antusias, karena dikenal ramah dan suka berbagi dengan warga masyarakat. Seorang warga, Abdul Ngalim, menyampaikan kenangan masa kecil Kasal Laksamana Yudo. 

"Saya kenal beliau sejak masih kecil saat beliau masih di Sekolah Dasar (SD), saya sering main dan bergaul di rumah beliau dengan keluarganya baik bapaknya, ibunya serta anak-anaknya. Beliau juga sosok yang penurut dengan orang tuanya. Ibunya juga sering berpesan kalau mau main syaratnya "sinau" (belajar) dahulu," ungkap Abdul.

Disaat bahagia tersebut, hadir juga Ibu Gemi, yang pernah menjadi pengasuh masa kecil Laksamana Yudo Margono selama 10 tahun mulai dari memandikan sampai memberi makan. 

"Kulo nyrantos rawuhe ugi pengen sumerep pripun kabare pak Margono sak meniko, kulo nggih remen sanget panjenengane dados Laksamana, remen mbantu tiang-tiang alit sak deso Garon, kados sembako engkang di dum dum sak niki saestu mbantu sanget kados kulo niki” (“Saya sangat menunggu kedatangan beliau dan ingin tahu bagaimana pak Margono sekarang, saya juga senang beliau menjadi Laksamana yang suka membantu orang-orang kecil se-Desa Garon, seperti sembako yang diberikan sekarang ini sangat berarti bagi kami”)," ujar Ibu Gemi yang sempat memeluk Kasal dengan gembira.

Selain kegiatan silaturahmi dan membagikan sembako kepada warga, pada malam harinya diadakan juga hiburan rakyat yang digemarinya sejak kecil, yaitu pagelaran wayang kulit. Kasal memang dikenal sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat dan mencintai budaya Indonesia, salah satunya wayang kulit. 

Sejak kecil Laksamana budayawan ini sangat menyukai pertunjukan wayang. Oleh sebab itu Kasal mengadakan pagelaran wayang kulit di kampung halamannya yang menampilkan lakon “Bima Suci” dengan dalang Ki Tantut Sutanto dan disiarkan secara langsung atau live streaming melalui channel You Tube official TNI Angkatan Laut.

Masyarakat Madiun yang memiliki tradisi kental terhadap kesenian wayang berbondong-bondong menyaksikan acara tersebut. Pagelaran ini diselenggarakan sebagai bentuk rasa cinta dan kepedulian pemimpin TNI AL Laksamana TNI Yudo Margono atas budaya yang sudah mulai terkikis oleh perkembangan zaman.

Selain itu, keinginan Laksamana Yudo untuk menumbuhkan kecintaan di kalangan generasi muda, sehingga wayang kulit yang merupakan budaya identitas bangsa Indonesia ini dapat terjaga kelestariannya dan tidak tergerus oleh budaya asing yang semakin menggerogoti. 

Pada kesempatan tersebut Laksamana Yudo menerima cinderamata perlengkapan tarian Dongkrek, yang merupakan asli kebudayaan Madiun.  Kasal dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa, dunia telah mengakui bahwa wayang kulit adalah salah satu warisan budaya tak benda dunia dari Indonesia yang telah ditetapkan UNESCO. 

Pengakuan ini menjadi bukti bahwa wayang kulit memang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Kategori budaya tak benda mengindikasikan bahwa yang paling berharga dari wayang kulit bukan fisiknya, melainkan cerita-cerita yang terkandung di dalamnya. 

“Cerita wayang kulit sarat dengan ajaran-ajaran kehidupan, sedangkan tokoh-tokoh dalam pewayangan menjadi penggambaran berbagai sifat manusia. Keduanya diramu dalam sebuah lakon dan menjadi karya budaya yang sangat luhur,” ujar Kasal yang dikenal juga sebagai Laksamana Budayawan.

Lebih lanjut disampaikan, jika dunia mengakui keluhuran wayang kulit sebagai budaya Bangsa Indonesia, maka sebagai pemilik semestinya harus merasa bangga dan jauh lebih mencintainya. Tetapi saat ini betapa banyak masyarakat Indonesia memilih budaya asing ketimbang kesenian wayang kulit. 

“Hal ini menjadi tantangan untuk kita semua agar mengembalikan kecintaan masyarakat terhadap budaya sendiri yang perlu dilestarikan,” tegas Kasal.

Mengakhiri sambutannya, Kasal berharap dengan menyaksikan pagelaran ini semua kalangan mulai dari generasi tua maupun muda dapat memumpuk rasa cinta, agar semuanya dapat bersama-sama menjaga kelestariannya sekaligus mengambil pelajaran nilai-nilai filosofi kehidupan sebagai “pitutur” (nasehat atau peringatan) dalam kehidupan sehari-hari.(tni/ar)