Sequis Nilai Berbagai Penyakit Ini Bisa Timbul Saat Musim Hujan

"Jika sampah mengontaminasi bahan makanan, makanan siap saji, atau air maka ketika dikonsumsi dapat menghancurkan sel-sel tertentu pada tubuh dan menyebabkan penyakit demam tifoid, kolera, dan disentri juga hepatitis,” kata Medical Underwriter Sequis dr Debora Aloina Ita Tarigan pada Minggu (16/10/2022)
"Jika sampah mengontaminasi bahan makanan, makanan siap saji, atau air maka ketika dikonsumsi dapat menghancurkan sel-sel tertentu pada tubuh dan menyebabkan penyakit demam tifoid, kolera, dan disentri juga hepatitis,” kata Medical Underwriter Sequis dr Debora Aloina Ita Tarigan pada Minggu (16/10/2022)

Gemapos.ID (Jakarta) - Medical Underwriter Sequis menilai sejumlah penyakit patut diwaspadai pada musim hujan seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan gejala-gejala batuk, pilek, influenza, dan bronchitis.

Selain itu penyakit akibat infeksi virus dari nyamuk Aedes Aegypti, yakni penyakit Zika (Zika disease), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan demam Chikungunya.

Penyakit lainnya adalah risiko gangguan penyakit akibat patogen (bakteri, parasit, jamur), terutama menyerang daerah yang terdapat banyak sampah dan terkena banjir.

"Jika sampah mengontaminasi bahan makanan, makanan siap saji, atau air maka ketika dikonsumsi dapat menghancurkan sel-sel tertentu pada tubuh dan menyebabkan penyakit demam tifoid, kolera, dan disentri juga hepatitis,” kata Medical Underwriter Sequis dr Debora Aloina Ita Tarigan pada Minggu (16/10/2022).

Saat musim hujan terjadi perubahan cuaca yang ekstrim berakibat suhu udara lebih dingin, sehingga tubuh manusia sangat sensitif terhadap perubahan suhu yang dihadapi tubuh berusaha menyesuaikan dengan temperature.

Hal ini dapat mempengaruhi daya tahan tubuh, sehingga saat musim pancaroba sering menjadi sakit karena imunitas tubuh terganggu.

Saat musim hujan juga ditemui penyakit paru-paru basah lantaran udara terlalu dingin, ruangan kurang memperoleh cahaya matahari, dan sirkulasi/pertukaran udara kurang. 

Tempat lembap memicu perkembangbiakan virus, bakteri, jamur, dan tungau ditunjang ruangan kotor akibat banyak debu dan merokok membuat tubuh terkena penyakit paru-paru basah.

Untuk dapat mengetahui apakah seseorang terkena penyakit paru-paru basah, bisa dengan melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis paru. 

Dokter akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, seperti dahak, darah, x-ray paru, dan Computer Tomography (CT) untuk mendeteksi beberapa masalah paru.

"Jika ditemukan cairan menumpuk, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah terjadi peradangan sel kanker atau infeksi melalui USG dada Ultrasound,” kata Debora Aloina Ita Tarigan.

Sebagian kondisi paru-paru basah tidak berat bisa sembuh dengan cepat dengan diobati secara medis. Pasien kerap membutuhkan bantuan ventilator pada perawatan Intensive Care Unit (ICU) akibat sulit bernapas atau sesak napas. 

Debora Aloina Ita Tarigan meminta masyarakat mengenali gejala paru-paru basah antara lain batuk kering dan demam, sulit bernafas saat berbaring, nyeri dada hingga terasa sesak nafas secara jangka panjang.

"Jangan sampai kita abai, menebak-nebak, atau berusaha menyembuhkan sendiri. Semakin cepat dikenali maka semakin cepat ditangani dokter dan mengurangi risiko penyakit semakin parah,” ujarnya. 

Masyarakat diharapkan memperhatikan kebersihan dalam rumah dan memastikan kamar tidur memiliki ventilasi udara yang baik,

Kemudian, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih serta menggunakan masker di lingkungan berpolusi atau bila dekat dengan orang yang tampak sedang flu dan batuk.

Orang-orang juga dapat menjaga diri dengan vaksin influenza dan vaksin pneumonia (vaksin PCV) karena virus ini menginfeksi saluran pernapasan bagian atas dan menyebabkan pneumonia. (ant/mau)