Berikut Berbagai Penyebab Transaksi Kripto di Indonesia Turun

"Guncangan sistem keuangan global bisa memberikan efek cukup besar bagi pasar kripto. Guncangan tersebut adalah situasi makroekonomi yang goyah akibat resesi dan geopolitik yang memanas. Hal ini bisa membuat situasi crypto winter bisa terjadi," kata Ketua Umum (Ketum) Aspakrindo Teguh Kurniawan pada Jumat (7/10/2022_.
"Guncangan sistem keuangan global bisa memberikan efek cukup besar bagi pasar kripto. Guncangan tersebut adalah situasi makroekonomi yang goyah akibat resesi dan geopolitik yang memanas. Hal ini bisa membuat situasi crypto winter bisa terjadi," kata Ketua Umum (Ketum) Aspakrindo Teguh Kurniawan pada Jumat (7/10/2022_.

Gemapos.ID (Jakarta) - Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) mengemukakan penurunan volume transaksi kripto di Indonesia akibat efek domino dari apa yang terjadi secara global yakni pasar kripto sedang didera situasi makroekonomi yang kurang baik sepanjang 2022. 

"Guncangan sistem keuangan global bisa memberikan efek cukup besar bagi pasar kripto. Guncangan tersebut adalah situasi makroekonomi yang goyah akibat resesi dan geopolitik yang memanas. Hal ini bisa membuat situasi crypto winter bisa terjadi," kata Ketua Umum (Ketum) Aspakrindo Teguh Kurniawan pada Jumat (7/10/2022).

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kemendag mencatat total nilai transaksi kripto di Indonesia sebesar Rp249,3 triliun pada Januari 2022-Agustus 2022. Angka ini turun 56,35% ketimbang periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Padahal, total nilai transaksi perdagangan aset kripto di Tanah Air mencapai Rp859,5 triliun pada 2021.

Indonesia memiliki 16,1 juta pelanggan aset kripto atau rata-rata setiap bulan jumlah pelanggan terdaftar bertambah sebesar 725.000 sampai Agustus 2022. 

"Artinya jumlah investor kripto di Indonesia terus mengalami pertumbuhan," ucapnya.

Pasar kripto juga lesu juga akibat kebijakan moneter Amerika yang berakibat investor kurang bergairah. Padahal, negara ini memiliki volume perdagangan Bitcoin terbanyak di bursa berdasarkan data Statista.

Kenaikan suku bunga berakibat harga komoditas lebih tinggi, daya beli melemah, dan investor akan menjauhi market.

"Kenaikan harga kebutuhan pokok membuat investor untuk wait and see. Ini yang mulai terasa di Indonesia, investor memilih menunggu momen yang tepat untuk masuk kembali ke market kripto, di saat situasi makroekonomi sudah stabil," tuturnya. (ant/din)