Vaksin Covid-19 di Indonesia Belum Mampu Tangani Kasus Ini, Mengapa?

Direktur Pasca Sarjana Universitas Yarsi Tjandra Yoga Aditama mengemukakan vaksin Covid-19 Bivalen sebagai penemuan terbaru pengendalian penyakit tersebut.
Direktur Pasca Sarjana Universitas Yarsi Tjandra Yoga Aditama mengemukakan vaksin Covid-19 Bivalen sebagai penemuan terbaru pengendalian penyakit tersebut.

Gemapos.ID (Jakarta) - Direktur Pasca Sarjana Universitas Yarsi Tjandra Yoga Aditama mengemukakan vaksin Covid-19 Bivalen sebagai penemuan terbaru pengendalian penyakit tersebut. Vaksin terbaru ini sesuai dengan masalah virus Covid-19 sekarang yakni Varian Omicron. 

“Sayangnya vaksin terbaru ini belum ada di Indonesia," katanya pada Rabu (31/8/2022). 

Vaksin Covid-19 yang ada di Indonesia sekarang adalah vaksin yang dibuat saat penyakit ini muncul di dunia pada awal 2020. Padahal, vaksin ini dinilai kurang bisa melawan Covid-19 varian Omicron.

Sejumlah negara telah membuat vaksin Covid-19 Bivalen seperti Inggris melalui produsen Moderna membuat vaksin Spikevax Bivalent Original/Omicron.

"Setengah dosisnya (25 mikrogram) menargetkan untuk proteksi virus Covid-19 tahun 2020 yang awal dulu, dan setengah dosis lainnya (25 microgram) untuk menangani varian Omicron yang sekarang ini," ucapnya. 

Amerika Serikat (AS) juga sudah mulai memproduksi vaksin Covid-19 Bivalen melalui Pfizer terdiri atas 15 microgram dari mRNA encoding untuk virus jenis awal. Kemudian, 15 microgram mRNA encoding lainnya untuk proteksi terhadap varian Omicron BA.4/BA.5.

"Akan baik kalau Indonesia juga mempertimbangkan penggunaan vaksin Covid-19 terbaru ini untuk lebih melindungi anak bangsa kita," ucapnya. 

Tjandra Yoga Aditama mencatat 5,000-an kasus Covid-19 di Indonesia sampai Selasa (30/8/2022). Padahal, angka ini pernah turun menjadi 3.000-an kasus Covid-19. 

"Jadi memang Covid-19 belum sepenuhnya terkendali. Artinya, vaksinasi harus terus digalakkan," tuturnya. 

Laman Our World In data per 27 Agustus 2022 menyebutkan cakupan vaksinasi Indonesia berkisar 62,3 persen. Jadi, hampir 40 persen penduduk Indonesia belum mendapat vaksinasi lengkap Covid-19.

Apalagi, vaksinasi Covid-19 booster diakui Kementerian Kesehatan (KemenkesO per 28 Agustus 2022 baru mencapai 25,70 persen, atau sekitar tiga perempat penduduk Indonesia belum mendapat vaksinasi booster.

Sementara itu Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengutarakan Kemenkes sedang mempertimbangkan anggaran belanja vaksin Covid-19 pada 2023 untuk kelompok masyarakat Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan.

"Anggaran yang digelontorkan tidak termasuk di dalamnya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk pembelian vaksin. Mungkin nanti akan kami lakukan pembelian melalui APBN, tapi untuk PBI," tuturnya. 

Dengan demikian ketersediaan vaksin Covid-19 di Indonesia guna memenuhi kebutuhan booster atau dosis penguat yang diberikan secara rutin kepada masyarakat saat fase endemi.

"Mungkin akan ada booster keempat, kelima, keenam dan seterusnya, sehingga kelihatannya, booster akan menjadi vaksinasi rutin nantinya saat endemi," ucapnya. (ant/mau)