Berikut Penanganan Berbagai Kasus Menyeret Kemensos Hingga Kini

Kemensos melibatkan Polda Metro Jaya menelusuri dari mana beras bantuan sosial (bansos) yang terkubur di dalam lahan JNE Sukmajaya, Depok, Jawa Barat (Jabar).
Kemensos melibatkan Polda Metro Jaya menelusuri dari mana beras bantuan sosial (bansos) yang terkubur di dalam lahan JNE Sukmajaya, Depok, Jawa Barat (Jabar).

Gemapos.ID (Jakarta) - Kementerian Sosial (Kemensos) melibatkan Polda Metro Jaya menelusuri dari mana beras bantuan sosial (bansos) yang terkubur di dalam lahan JNE Sukmajaya, Depok, Jawa Barat (Jabar). 

Pihak-pihak lain yang dilibatkan yakni Bareskrim Polri, dan Dinas Sosial Depok, TKSK, pendamping sosial, dan pendamping PKH untuk mengeceknya.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Andie Megantara menyebutkan dari hasil koordinasi Tim Bantuan dan Subsidi Tepat Sasaran dengan Kemensos serta Dinas Sosial dan Kepolisian Resor Kota Depok menyebutkan sekitar satu ton beras merek Beras Kita dikubur di dalam lahan JNE Sukmajaya merupakan beras Bantuan Khusus Presiden (Banpres) tahun 2020.

Pemerintah pada tahun 2020 membagikan Bantuan Presiden berupa beras kepada 1,9 juta keluarga penerima manfaat di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi. Dalam hal ini, setiap keluarga yang terdampak pandemi Covud-19 mendapat bantuan 25 kilogram beras.

“Beras yang ditemukan (dikubur di Depok) tersebut diduga berasal dari penyaluran Banpres Tahap 2 dan 4 Tahun 2020,” katanya pada Selasa (2/8/2022). 

Menyinggung kasus dugaan penyalahgunaan dana Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT), ucap Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini, meminta semua jajarannya menyampaikan laporan secara komperhensif terutama Inspektorat Jenderal Kemensos.

"Misalnya saat Inspektur menganalisa kasus ACT (Aksi Cepat Tanggap) itu sangat komprehensif sekali, di mana proses-prosesnya di Dirjen (Direktorat Jendral) kami, salahnya apa, buat surat teguran ke Dirjen, saya bilang gitu," tuturnya. 

Sementara itu Tri Rismaharini mengakui proses pengawasan yang dilakukannya dalam Kemensos sangat berat. Hal ini dilihat bagaimana semua rantai penyaluran bansos harus jelas, sehingga bisa dirasakan penerima manfaat dan bansos tepat sasaran. 

"Proses ini yang sekarang, terus terang itu yang paling berat saya lakukan di Kemensos itu," ujarnya.

Proses pengawasan dilakukan dengan membandingkan harga-harga kebutuhan di pasaran, meskipun harganya hanya berbeda selisih tipis.

"Saya harus tau bahwa proses itu clear. Bahkan harga segala macam, kadang saya kontrol sendiri berapa harga di pasar harga di sini, itu kadang kita kontrol sendiri, ini kemahalan, meskipun itu selisihnya bedanya Rp500, Rp1.000. Saya selalu ngomong, ganti," ujarnya. (ant/moc)