Kemenkes Catat Delapan Kasus BA.4 dan BA.5 di Indonesia

Ilustrasi: Dokter mendiagnosis kesehatan pasien yang berhubungan dengan paru-paru menggunakan  film rontgen dada radiologi
Ilustrasi: Dokter mendiagnosis kesehatan pasien yang berhubungan dengan paru-paru menggunakan film rontgen dada radiologi

Gemapos.ID (Jakarta) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan pada hari ini (12/6/2022), kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia bertambah menjadi 8 orang.

Kemenkes mencatat, ada dua pasien yang terinfeksi subvarian BA.4, sedangkan enam lainnya terkonfirmasi subvarian BA.5.

Selain itu, Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan, SpP(K); menjelaskan seluruh pasien yang positif subvarian Omicron itu sudah mendapatkan vaksin dosis lengkap, tiga dosis vaksin, hingga empat dosis vaksin.

Kemudian, rata-rata pasien juga mengalami gejala ringan atau tanpa gejala, dan satu pasien bergejala sedang, yakni wanita berusia 20 tahun. Hasil pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) pada 10 Juni, menyatakan ia positif subvarian BA.5.

Menurut Erlina dalam webinar, Minggu (12/6/2022), pasien wanita tersebut merupakan satu-satunya pasien yang mengalami gejala lebih berat dibandingkan yang lain, dari mulai batuk hingga nyeri abdomen.

"Ada dua kemungkina,n pertama mungkin BA.5 ini replikasinya banyak di saluran napas bawah dibandingkan Omicron yang BA.1 dan BA.2, yang replikasinya banyak di luar saluran napas. Bisa jadi juga karena penyakit lain mungkin asma. Ini perempuan masih muda," ujarnya.

Berikut sebaran kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia:

1. Bali:

  • Kasus subvarian BA.4 (laki-laki, 27 tahun, WNI) kluster lokal: tidak bergejala, dan sudah divaksin lengkap Pfizer
  • Kasus subvarian BA.5 (laki laki, 45 tahun, WNA) kluster pelaku perjalanan luar negeri (PPLN): tidak bergejala, dan sudah tiga kali vaksin J&J
  • Kasus subvarian BA.5 (laki-laki, 57 tahun, WNA) kluster PPLN: gejala sakit tenggorokan, badan pegal, dan sudah divaksin empat kali Pfizer
  • Kasus subvarian BA.5 (Laki-laki 34 tahun, WNA) kluster PPLN: tidak bergejala, dan sudah tiga kali vaksin (dua dosis AstraZeneca dan 1 dosis J&J) DKI

2. Jakarta:

  • Kasus subvarian BA.5 (perempuan, 20 tahun, WNI) kluster lokal: gejala sedang seperti batuk, sesak napas, sakit kepala, lemah, mual, muntah, nyeri abdomen. Sudah dua kali divaksinasi Sinovac, dan belum booster
  • Kasus subvarian BA.5 (perempuan, 40 tahun, WNI) kluster lokal: tidak diketahui gejalanya, sudah dua kali vaksin Sinovac, dan 1 kali vaksin AstraZeneca
  • Kasus subvarian BA.5 (laki-laki, 22 tahun, WNI) kluster lokal: gejala ringan sepert demam dan batuk. Sudah dua kali vaksin Sinovac, belum booster
  • Kasus subvarian BA.4 (laki-laki 30 tahun, WNI) kluster PPLN: gejala ringan seperti demam, batuk, nyeri tenggorokan. Sudah divaksin dua dosis Sinovac, dan satu dosis vaksin Moderna

Hingga saat ini, kata Erlina, para ahli sepakat gejala BA.4 dan BA.5 akan serupa dengan subvarian sebelumnya berdasarkan sejumlah laporan dari berbagai negara. Beberapa gejala umum Omicron di antara termasuk:

  • Batuk (85 persen)
  • Kelelahan (65 persen)
  • Hidung tersumbat (59 persen)
  • Demam (38 persen)
  • Mual atau muntah (22 persen)
  • Sesak napas (16 persen)
  • Diare (11 persen)
  • Anosmia atau ageusia (8 persen)

"Yang cukup menggembirakan, tapi saya kira jangan terlalu euforia juga, bahwa saat ini tidak ada indikasi perubahan tingkat keparahan untuk BA.4 maupun BA.5," papar Erlina. 

Kemudian, ia mengatakan gejala BA.4 ini sama dengan Omicron lainnya. 

“Karena ini memang turunan dari Omicron maka gejalanya tidak jauh berbeda," sambungnya.(nkt/ra)