Pembangunan Industri Kimia Dukung Making Indonesia 4.0

Chandra Asri
Chandra Asri
Pemerintah mendorong pertumbuhan industri kimia di dalam negeri, karena produk yang dihasilkannya terserap banyak sektor lain di dalam negeri. Hal ini sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, dengan memasukkan industri kimia menjadi salah satu sektor manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan agar lebih berdaya saing global di era industri 4.0. “Industri kimia dikategorikan sebagai mother of industry, karena mampu menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku oleh banyak sektor manufaktur lainnya, seperti industri kemasan, tekstil, alat rumah tangga, hingga komponen otomotif dan elektronika,” kata Menteri Perindustrian  (Memperin) Agus Gumiwang Kartasasmita pada Peresmian Pabrik Baru Polyethylene PT Chandra Asri Petrochemical Tbk di Cilegon, Banten, Jumat (6/12/2019). Pabrik baru ini senilai US$380 juta diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dari operasional pabrik ini diharapkan dapat menekan impor yang membebani neraca perdagangan Indonesia. Produk polyethylene digunakan untuk bahan baku pendukung infrastruktur, pipa air, kabel listrik, kemasan makanan, dan peralatan rumah tangga. Agus menyampaikan apresiasi kepada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yang telah menyelesaikan pembangunan pabrik baru polyethylene. Pabrik ini akan beroperasi komersial mulai Desember ini dengan kapasitas sebesar 400.000 ton per tahun, sehingga akan menjadikan total kapasitas sebesar 736.000 ton per tahun. “Hal ini juga akan berpotensi menghemat devisa hingga mencapai Rp8 triliun dan berpeluang menciptakan lapangan kerja baru di industri plastik hilir sebanyak 17.500-25.000 orang,” ucapnya. Agus mengungkapkan kebutuhan polyethylene telah mencapai 1,6 juta ton per tahun di dalam negeri. Dari angka ini baru dapat dipenuhi pabrik di sini berkapasitas 780.000 ton per tahun. “Upaya strategis ini juga diyakini meningkatkan perekonomian nasional secara fundamental, dengan penghematan devisa dari substitusi impor, dan akan pula dapat memperbaiki neraca perdagangan kita saat ini karena berorientasi ekspor,” jelasnya. Industri kimia telah mengekspor bahan kimia dan barang dari bahan kimia mencapai US$8,79 miliar pada 2018. Hal ini dibarengi total investasi di sektor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar Rp26,2 triliun. Dukung Daya Saing Agus melanjutkan, pemerintah telah melakukan upaya-upaya strategis untuk meningkatkan daya saing industri kimia antara lain pengendalian impor dan pengamanan pasar dalam negeri, serta optimalisasi pemanfaatan pasar dalam negeri dan pasar ekspor. Selain itu, penerapan program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dan pemberian insentif fiskal seperti tax allowance dan tax holiday. “Terkait insentif fiskal, pemerintah juga telah menerbitkan PMK No. 128 Tahun 2019 yang memberikan peluang bagi industri untuk mendapat pengurangan pajak hingga 200%,” ujarnya. Insentif tersebut akan diberikan kepada industri yang berupaya memberikan fasilitas penyelenggaraan kegiatan praktik kerja. Langkah ini dalam rangka pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi tertentu. Salah satu wujud nyata upaya ini adalah kegiatan vokasi industri, misalnya upaya penyiapan sumber daya manusia yang kompeten di bidang petrokimia. Kebijakan ini dilakukan melalui pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Banten yang berdiri di atas tanah seluas dua hektare yang telah dihibahkan oleh PT Chandra Asri Petrochemical. Agus melanjutkan guna menarik investasi di Tanah Air, pemerintah terus berupaya menciptakan iklim usaha industri yang baik, menguntungkan, dan berkesinambungan melalui berbagai kebijakan. Tahun ini Jepang dan Korea telah menyampaikan komitmen menanamkan modal pada sektor industri senilai US$5 miliar. “Mudah-mudahan, dengan iklim usaha yang semakin nyaman, investasi dapat terus tumbuh dan kekuatan ekonomi kita menjadi semakin kokoh,” tukasnya. Pada kesempatan yang sama Erwin Ciputra, Presiden Direktur PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk mengungkapkan pabrik baru bisa menyerap hingga 25.000 pekerja lokal, termasuk tenaga kerja ahli seperti engineer. Pabrik baru tersebut akan memproduksi High Density Polyethylene (HDPE), Linear Low Density Polyethylene (LLDPE), dan Metallocene LLDPE (mLLDPE). “Pengerjaan konstruksi sudah 97% pada April 2019 dan akan memulai produksi komersial pada kuartal IV 2019,” paparnya. Perusahaan fokus peningkatan kapasitas produk guna memenuhi permintaan domestik. Pabrik baru ini mendapatkan kebijakan tax holiday dari pemerintah. Chandra Asri juga akan  mengembangkan kompleks petrokimia kedua dengan investasi sekitar Rp60 triliun-Rp80 triliun. Pembangunan ini diharapkan selesai pada 2024. (mam).