Mengapa Elektabilitas Partai Golkar Terjungkal ke Posisi Lima Besar?

Lembaga Survei Indometer mengungkapkan elektabilitas Partai Golongan Karya (Golkar) turun ke posisi lima dengan perolehan sebesar 5,6% dari peringkat tiga atau empat.
Lembaga Survei Indometer mengungkapkan elektabilitas Partai Golongan Karya (Golkar) turun ke posisi lima dengan perolehan sebesar 5,6% dari peringkat tiga atau empat.

Gemapos.ID (Jakarta) - Lembaga Survei Indometer mengungkapkan elektabilitas Partai Golongan Karya (Golkar) turun ke posisi lima dengan perolehan sebesar 5,6% dari peringkat tiga atau empat. Kondisi harus memperoleh perhatian dari partai politik (parpol) tersebut. 

Padahal, pada Pemilu 2019 Partai Golkar masih meaih peringkat ketiga atau turun dibandingkan pemilu sebelumnya yang berada di peringkat dua. Namun, perolehan kursi di DPR terbanyak kedua setelah PDI-P. 

"Turunnya elektabilitas Golkar berkorelasi dengan stagnannya Ketua Umum Airlangga Hartarto dalam bursa calon presiden," kata Direktur Eksekutif Indometer Leonard SB pada Minggu (15/5/2022). 

Selama ini bursa calon presiden (capres) dipegang oleh nama-nama seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. Sementara, elektabilitas Airlangga Hartarto masih tertinggal jauh di papan bawah.

Jika ingin tetap mengusung Airlangga Hartarto sebagai capres, Partai Golkar harus menggandeng figur dengan elektabilitas tinggi seperti Ganjar Pranowo atau Anies Baswedan.

Pilihan nama tersebut juga masih harus mempertimbangkan koalisi dengan partai-partai politik lain mengingat ketentuan presidential threshold (ambang batas pencalonan presiden) sebesar 20%. 

Sementara itu posisi tiga dan empat direbut oleh masing-masing Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan elektabilitas 8,1% dan Partai Demokrat sebesar 5,8%.

Untuk peringkat pertama dan kedua masih diduduki oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebesar 18,4% dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) sebesar 12,2%.

Berikut hasil lengkap perolehan elektabilitas parpol yang dilakukan lembaga survei Indometer yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebesar 5,2%, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebesar 4,7%, dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) sebesar 4,2%.

Berikutnya Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebesar 2,5% dan Partai Amanat Nasioal (PAN) sebesar 1,8%. Kedua parpol ini harus berjuang menembus parliamentary threshold (ambang batas parlemen) sebesar 4%. 

Berikutnya, partai baru yank Partai Ummat sebesar 1,4% dan Partai Gelombang Rakyat (Gelora) sebesar 1,2%. Selanjutnya, Partai Persatuan Indonesia (Perindo) hanya sebesar  0,8%, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) sebesar 0,6%, dan Partai Bulan Bintang (PBB) sebesar 0,4%/

Selanjutnya, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) sebesar 0,3% dan Partai Beringin Karya (Berkarya) sebesar 0,1%. Sisanya, menyatakan tidak tahu/tidak menjawab sebesar 25,8 persen.

Survei Indometer berlangsung mulai 20 hingga 27 April 2022 terhadap 1.200 responden di seluruh provinsi. Responden ini dipilih secara acak bertingkat survei (multistage random sampling).

Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dengan margin of error sekitar 2,98% dan tingkat kepercayaan sebesar 95%. (ant/moc)