Mao Zedong, Kisah Hidup Sang Revolusioner

Wayan Agus Pebriana, Penggiat Narmada
Wayan Agus Pebriana, Penggiat Narmada

Mao Zedong merupakan seorang tokoh penting dan berpengaruh dalam sejarah China. Ia merupakan orang yang mendirikan Republik Rakyat China (RRC) pada tahun 1949, setelah sebelumnya berhasil mengusir rezim nasionalis (Koumintang). Melalui ideologi Komunisme yang dianutnya serta kharisma yang dimilikinya ia berhasil mengajak kaum buruh dan tani mengikuti langkahnya. Semakin lama pengikutnya semakin banyak dan pada akhirnya ia berhasil menguasai seluruh China daratan. 

Selain mahir dalam melakukan propaganda politik, Mao Zedong juga dikenal memiliki banyak talenta diantaranya ahli dalam bidang militer, ekonomi dan pembuat karya sastra. Mao juga tercatat sebagai seorang pembaca yang aktif. Keseharianya dihabisi dengan membaca surat kabar terbaru tentang kondisi negaranya. Ia juga termasuk sebagai salah seorang yang mengagumi Sun Yat-sen. Sedari muda ia juga sudah aktif dalam gerakan-gerakan politik.

Mao Zedong dibesarkan di lingkungan keluarga China tradisional, didesa Shaosan, Kabupaten Xiang Tan, Provinsi Hunan, China. Kendatipun latar belakang keluarganya tidak berpendidikan, tapi Mao sangat beruntung, Mao mendapatkan pendidikan dasarnya hingga usia 13 tahun. Keinginan yang kuat dalam hal menuntut ilmu membuat dirinya harus memberontak kabur serta menolak keinginan ayahnya yang menyuruhnya berhenti agar bisa membantu di ladang. 

Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah Guru di Hunan, Mao memutuskan untuk pergi ke Baijing, ketika itu Baijing adalah pusat intelektual dan politik di China. Di Baijing Mao bekerja sebagai seorang pustakawan di Universitas Nasional Baijing. Disinilah Mao sering bertemu dengan orang-orang berhaluan Marxis serta mulai bergabung dengan Kelompok Studi Marxis yang diorganisasi oleh Li Dazhao. 

Disinilah pemikiran politik marxisnya semakin terasah. Pada tahun 1921, Mao menjadi salah satu dari dua belas pendiri utama Partai Komunis China (PKC). Di partai karier Mao tidak begitu pada awal-awalnya. Ia baru bisa merebut kepemimpinan partai pada tahun 1935. Sejak Partai Komunis Cina dipimpin oleh Mao Zedong partai tersebut mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik dalam hal politik maupun lainya. 

Pada tahun 1934 Mao Zedong pernah memimpin ratusan ribu kader partai komunis dan simpatisan komunis untuk melakukan long march melewati 18 pegunungan, 24 sungai dan 12 provinsi. Long March ini bertujuan untuk menghindari dari kaum nasionalis China ketika itu. Sebagai seorang pemimpin long march Mao mendapatkan apresiasi dan namanya semakin dikenal dikalangan partai ataupun masyarakat China. 

Berposisi sebagai orang penting dalam Partai Komunis China, membuat Mao bisa bergerak leluasan dalam menentukan langkah dan strategi untuk partai. Ketika PKC dibubarkan oleh pemerintah Nasionalis China, Mao menerapakan serta memberlakukan orientasi baru pada PKC yakni tentang agraris. Orientasi baru tentang agraris ini membuat PKC diminati oleh para petani yang ketika itu jumlahnya sangat besar di China. 

Pilihan petani sebagai basis massa bukan tanpa alasan, menurut Mao, pembubaran PKC membuat basis massanya yang ada dikota-kota—didominasi oleh kaum pekerja harus habis. Dengan mendasarkan diri pada massa petani serta propaganda politik yang dilancarkan gerakan Mao Zedong semakin mendapat perhatian dan membesar seiring waktu. 

Pada akhirnya setelah berhasil menumpas rezim nasionalis China, pada Januari 1949 keyakinan Mao dan partainya dapat dengan mudah mengambil alih Baijing tanpa adanya perlawanan berarti. Pada 1 Oktober 1949, bertempat di lapangan Tiananmen, secara formal Mao memproklamasikan Republik Rakyat China (RRC) sebagai sebuah negara komunis. Lebih lanjut sesudah memproklamasikan RRC, Mao kemudian menduduki kursi Ketua Komite Sentral PKC, Ketua Pemerintahan Rakyat Pusat Dan Ketua Militer Revolusioner Militer. 

Selama memimpin China Mao Zedong melakukan serangkian reformasi untuk mengubah tata ekonomi dan sosial China. Mao, memusatkan perhatianya untuk melakukan perbaikan pada pabrik-pabrik produksi dan fasilitas-fasilitas transportasi. Pemerintah juga melakukan penekanan terhadap pengeluaran-pengeluaran negara dan mengendalikan inflasi, serta melakukan pembaharuan agraria. 

Reformasi agraria Mao, menekankan pada pengaturan sistem kepemilikaan tannah pertanian dari seseorang menjadi milik kolektif yang kemudian dikerjakan secara bersama-sama untuk kepentingan publik. Melalui Reformasi agrarian ini kelas-kelas tuan tanahh feodal yang ada dalam masyarakat China berhasil dihapuskan. 

Kebijakan lainya yang dilakukan oleh Mao Zedong adalah Gerakan Tiga Anti dan Lima Anti yang tujuanya untuk mereformasi sistem pemerintah agar lebih bersih dari mafia-mafiaa. Sementara Gerakan Lima Anti bertujuan untuk menumpas kejahatan yakni suap menyuapp, tidak membayar pajak, korupsii, menipu kontrak kerdeja dengan pemerintah  dan mencuri informasi ekonomi negara. 

Selain itu, Mao juga melakukan upaya nasionalisasi perusahaan dimana perusahaan-perusahaan milik swasta harus menjadi milik negara. Agenda lainya adalah kebijakan lompatan jauh kedepan dimana Mao berkeinginan membawa China berubah secara besar-besaran dalam rangka mengungguli negara kapitalis dalam waktu yang singkat. 

Keinginan Mao yang ingin mengungguli negara kapitalis dalam waktu singkat membuat kepemimpinan otoriter Mao mulai terlihat dimana ia memeras rakyat china secara habis-habisan untuk meningkatkan produksi baja dan industri terkait tambang batu bara. 

Selanjutnya, Mao melancarkan agenda revolusi Kebudayaan yang bertujuan untuk menghappus betas an kelas dalam masyarakat yang telah berlangsung ratusan tahun di China yang menyangkut berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, serta organ pemerintah. 

Setelah meluncurkan beberapa program-programnya. Pada akhirnya program-program tersebut justru malah membawa Mao masuk ke jurang kejatuhan, dimana Mao harus mengundurkan diri dari jabatanya sebagai pemimpin China. Hal ini diakibatkan oleh terjadi kegagalan dalam program-programnya. 

Setelah Mao turun dari jabatanya, kepemimpinan China jatuh ke tangan Liu Shaoqi dibantu oleh Den Xioping—yang nanti seiring perkembangan waktu membawa reformasi besar-besaran di China terutama terkait bidang ekonomi. Kendati Mao sudah turun dari tahtanya, ia tetap dianggap sebagai pemimpin yang agung dan masih memiliki pengaruh yang kuat ditengah-tengah masyarakat China. 

Wayan Agus Pebriana, Penggiat Narmada