Siapa Bilang Berpenyakit Maag Tidak Bisa Puasa?

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Bonita Effendi menyarankan pola makan pasien penyakit maag supaya diaur,
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Bonita Effendi menyarankan pola makan pasien penyakit maag supaya diaur,

Gemapos.ID (Jakarta) - Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Bonita Effendi menyarankan pola makan pasien penyakit maag supaya diaur, sehingga dia nisa menjalankan ibadah puasa selama Ramadhan secara baik. 

Saat berbuka puasa sebaiknya tidak langsung makan dalam porsi besar, lakukan dengan bertahap, makan dengan porsi sedikit terlebih dahulu.

“Kemudian dengan frekuensi agak sering sampai jam sahur. Misalnya, berbuka dengan buah kurma," katanya pada Selasa (5/4/2022). 

Kemudian, waktu makan dan waktu tidur diberi jeda minimal dua jam untuk mencegah risiko asam lambung naik yang berakibat refluks gastroesofageal. Penyakit ini berupa gangguan pencernaan kronis apabila asam dari perut mengalir kembali ke esofagus atau kerongkongan.

Pasien penyakit maag tidak disarankan melewatkan sahur yang dilakukan dengan mengonsumsi karbohidrat kompleks agar dicerna tubuh lebih lambat, sehingga pasien tidak mudah lapar.

Selain itu menghindari makanan yang meningkatkan asam lambung seperti cokelat, kopi, makanan berlemak atau gorengan, dan makanan asam dan pedas.

Hal lainnya adalah menjaga hidrasi tubuh dengan minum air putih minimal delapan gelas per hari saat sahur dan berbuka serta minum obat lambung sesuai anjuran dokter saat sahur dan berbuka.

Selanjutnya, kontrol anger management  dilakukan untuk mencegah maag yang dapat muncul terkait gangguan psikis (kecemasan). Tidak ketinggalan berkonsultasi dengan dokter karena setiap pasien memiliki kondisi penyakit yang berbeda.

"Kondisi pasien akan dilihat untuk menilai kemampuan tubuh untuk memastikan mungkin atau tidaknya pasien menunaikan kewajiban ibadah puasa," ujarnya.

\Asupan lemak yang berkurang akan menurunkan asupan kolesterol, sehingga parameter pemeriksaan penunjang akan mengalami perbaikan seperti kolesterol total, trigliserida, LDL, asam urat, dan kadar glukosa darah.

Puasa Ramadhan sebagai prolonged intermittent fasting, yaitu makan dua kali dalam sehari dengan jarak antara dua makan sekitar 14 jam. Jadi, ibadah ini bisa mengurangi asupan makan Anda akan menurunkan asupan kalori serta lemak.

"Asalkan dilakukan dengan pemilihan makanan dan minuman yang tepat dan tidak menerapkan kebiasaan 'makan balas dendam' dalam porsi besar saat berbuka puasa dan sahur," ucap Bonita. (ant/moc)