Pembangkit Listrik Indonesia Timur Lebih Bersih

post_1582970089_siaran_pers_menparekraf_ingin_pelaku_ekonomi_kreatif_pahami_sepenuhnya_ekosistem_industri
post_1582970089_siaran_pers_menparekraf_ingin_pelaku_ekonomi_kreatif_pahami_sepenuhnya_ekosistem_industri

Sekitar 1,7 Giga Watt (GW) pembangkit listrik PLN di 52 lokasi yang sebelumnya berbahan bakar diesel akan dikonversi menjadi gas bumi. Penghematan dari konversi tersebut lebih dari Rp. 3 triliun per tahun, dimulai tahun 2020 dan selesai awal 2022. Pertamina akan menyediakan pasokan sekitar 167 BBTUD dan membangun infrastruktur gas alam cair (LNG) untuk pembangkit PLN tersebut, melalui HoA yang ditandatangani kedua BUMN dimaksud dan disaksikan Menteri ESDM Arifin Tasrif di Jakarta (27/2).

"Program konversi pembangkit tenaga listrik dari bahan bakar minyak (BBM) ke gas atau gasifikasi pembangkit listrik merupakan salah satu program Quickwins Kementerian ESDM yang dapat terealisasi di awal tahun ini dan ditargetkan selesai bertahap, paling lambat dalam 2 tahun," tegas Ego Syahrial Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM sekaligus menjabat sebagai Direktur Jenderal Migas.

Dari 52 lokasi konversi pembangkit listrik tersebut, akan diselesaikan dalam jangka waktu 2 tahun, dan dibagi jadi 4 tahap. Untuk tahap pertama akan diselesaikan tahun 2020 ini sebanyak 5 lokasi pembangkit listrik dengan total kapasitas 430 MW.

Sekjen Ego menambahkan bahwa dari total 1,7 GW pembangkit tersebut, mayoritas pembangkit di Timur Indonesia. "Dari total 1,7 GW, sekitar 77% kapasitas pembangkit berada di wilayah Timur Indonesia yaitu Maluku, Papua, Sulawesi, dan Bali Nusa Tenggara. Sedangkan 33% berada di Nias dan Kalimantan. Indonesia Timur terus menjadi concern Pembangunan Pemerintah," ungkapnya.

"Pemerintah mendorong peningkatan pemanfaatan gas untuk dalam negeri, dengan pembangunan infrastruktur gas seperti fasilitas LNG maupun pipa transmisi dan distribusi. Untuk Sumatera dan Jawa, pipa transmisi gas akan terhubung mulai dari Utara Sumatera hingga Timur Jawa. Ini terus dilanjutkan," tambah Ego.

Pemanfaatan gas lebih bersih dibanding diesel, sehingga dampak lingkunganya lebih positif. "Selain itu, sesuai arahan Bapak Menteri ESDM, untuk pembangkit kecil-kecil di pulau terluar, agar PLN melakukan kajian kemungkinan penggunaan energi alternatif lain energi terbarukan supaya pulaunya lebih bersih, bisa pakai solar cell atau biomasa," jelas Ego.

Sebagaimana disampaikan oleh Direktur Utama Pertamina (27/2), total investasi yang akan dikeluarkan oleh Pertamina untuk pengerjaan seluruh proyek konversi pembangkit tersebutsebesar US$ 1,3 miliar atau Rp 18,2 triliun (kurs Rp 14 ribu/USD).