Gus Yahya Sebut Peradaban Besar Indonesia Dibangun Dari Maritim

Ketua Umum PBNU Gus Yahya ketika memberikan sambutan Harlah ke-96 NU di Labuhan Bajo
Ketua Umum PBNU Gus Yahya ketika memberikan sambutan Harlah ke-96 NU di Labuhan Bajo

Gemapos.ID (Jakarta)Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan peradaban besar bangsa Indonesia dibangun dari peradaban maritim. Hal ini di katakannya ketika memberikan sambutan Harlah ke-96 NU di Labuhan Bajo, hari ini (5/2/22).

“Kenapa kami memilih Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai lokasi perayaan hari lahir NU, karena untuk memperjuangkan masa depan harus tahu siapa diri kita, apa watak kita, apa karakter kita," kata Gus Yahya.

Ia pun menjelaskan bahwa NTT adalah miniatur Indonesia, sehingga sangat tepat dan perwujudan watak peradaban Nusantara yakni watak maritim.

"Bahwa peradaban kita ini adalah peradaban maritim dan karakter maritim,” ujarnya.

Menurut Gus Yahya, karakter peradaban maritim menjadi modal kekuatan dalam menyongsong peradaban Indonesia. Karakter masyarakat maritim memiliki filosofi yang kuat yang bisa dijadikan landasan membangun peradaban bangsa.

ia mengatakan, ada tiga ciri khas masyarakat maritim yakni senantiasa berbaik sangka kepada Tuhan, berbaik sangka kepada manusia dan berbaik sangka dan mengakrabi alam.

Sesuai tema harlah, “Merawat Jagat Membangun Peradaban”, maka NTT menjadi salah pusat tempat acara diadakan. Di NTT pula, PBNU akan memulai kerja peradaban dengan membantu para nelayan lokal.

“Kita akan membuat kata menjadi kerja dan kerja yang bisa diukur,” kata Gus Yahya.

Dalam kutipan tersebut, Kerja yang dimaksud Gus Yahya adalah PBNU akan memulai di NTT dengan merangkul nelayan dan memberikan bantuan bagi nelayan. Tak hanya di NTT pemberdayaan kampung nelayan juga telah dilakukan penandatangan MoU dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Ada banyak daerah pesisir yang nantinya dirangkul untuk melakukan pemberdayaan masyarakat nelayan ini. setelah itu ia mengatakan, sebelum NTT, Harlah NU juga digelar di Kalimantan Timur pada 31 Januari 2022 lalu. Alasannya, Presiden ingin membangun Ibu Kota baru di Kaltim.

“Ini adalah gagasan yang sangat ikonik dan ini mencerminkan visi membangun masa depan. Maka NU perlu hadir untuk bersama ikut membangun dan ikut serta menjadi bagian pembangunan ibukota yang baru,” katanya.

Selain itu, Harlah NU juga akan digelar di Palembang pada 12 Februari 2022. Pemilihan Palembang karena daerah ini adalah tempat Sriwijaya membangun peradaban yang tercatat sebagai yang terbesar dan pernah ada di Indonesia.

“Nanti puncak Harlah kita pungkasi di Bangkalan Madura karena Bangkalan adalah sumber kekuatan spiritual NU. Untuk memulai peradaban ini kita membutuhkan sumber spiritual awal didirikannya NU. Sebelum membentuk NU, Hadratussyaikh Hasyim Asyari memerlukan pendapat Syaichona Cholil Bangkalan dulu,” kata Gus Yahya.

Sementara itu, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang hadir secara virtual di harlah kali ini mengatakan, kehadiran NU sangat dibutuhkan bagi negara.

“NU bukan hanya menjadi simbol organisasi besar umat Islam namun juga banyak membawa perubahan utamanya dalam penguasaan Ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Luhut.

Ia mengatakan, NU di massa mendatang harus mampu memadukan Ilmu pengetahuan teknologi informasi dan ilmu agama untuk menjabarkan tantangan zaman.

Sementara itu, acara tersebut dihadiri oleh Ketua Umum PBNU, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul) kemudian Katib Aam KH Ahmad Said Asrori, beberapa pengurus inti PBNU, Ketua PWNU NTT dan seluruh ketua PCNU se NTT serta Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat.(ant/ap)