Simak 10 Rekomendasi IDAI Tentang Pembelajaran Tatap Muka

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merilis 10 rekomendasi terbaru terkait Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk anak sekolah.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merilis 10 rekomendasi terbaru terkait Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk anak sekolah.

Gemapos.ID (Jakarta) -  Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merilis 10 rekomendasi terbaru terkait Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk anak sekolah.

Langkah ini didasarkan pertimbangan risiko peningkatan kasus Covid-19 usai liburan dan keberadaan varian Omicron di Indonesia.

"IDAI mendukung pelaksanaan pembelajaran tatap muka tapi di waktu dan tempat yang tepat, karena keselamatan dan kesehatan anak adalah yang utama,” kata Sekjen IDAI, dr. Hikari Ambara Sjakti, SpA(K) pada Minggu (2/1/2021). 

Sebanyak 10 rekomendasi yang dimaksud adalah pertama untuk membuka pembelajaran tatap muka, 100% guru dan petugas sekolah harus sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19.

Kedua, anak yang dapat masuk sekolah adalah anak yang sudah diimunisasi Covid-19 secara lengkap dua kali dan tanpa komorbid. 

Ketiga, sekolah juga tetap harus mematuhi protokol kesehatan terutama fokus pada penggunaan masker wajib untuk semua orang di lingkungan sekolah/

Kemudian, ketersediaan fasilitas cuci tangan, menjaga jarak, tidak makan bersamaan, memastikan sirkulasi udara terjaga, mengaktifkan sistem penapisan aktif per harinya untuk anak, guru, petugas sekolah dan keluarganya yang memiliki gejala suspek Covid-19.

Untuk kategori anak usia 12-18 tahun, PTM dapat dilakukan 100% dalam kondisi tidak terjadi peningkatan kasus Covid-19 di daerah tersebut. Selain itu tidak ditemukan transmisi lokal Omicron di daerah tadi. 

PTM dapat dilakukan metode hibrid yakni 50% luring dan 50% daring dalam kondisi masih ditemukan kasus Covid-19. 

Namun, positivity rate di bawah 8% dan transmisi lokal Omicron masih dapat dikendalikan anak, guru, dan petugas sekolah sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 100%.

Rekomendasi serupa diberikan untuk kategori anak usia 6-11 tahun terkait PTM dengan metode tatap muka 100%. Sementara itu metode hyibrid dilakukan seperti pada kategori usia 12-18 tahun.

Namun, ini ditambah anjuran fasilitas outdoor seperti halaman sekolah, taman, pusat olahraga, ruang publik terpadu yang harus ramah anak.

Untuk kategori anak usia di bawah 6 tahun, PTM belum dianjurkan sampai dinyatakan tidak terjadu kasus baru Covid-19 atau tidak terjadi peningkatan kasus baru.

Sekolah dapat memberikan pembelajaran sinkronisasi dan asinkronisasi dengan metode daring dan mengaktifkan keterlibatan orangtua di rumah dalam kegiatan outdoor (luar ruang).

Hal lainnya adalah sekolah dan orangtua dapat melakukan kegiatan kreatif seperti mengaktifkan permainan daerah di rumah, melakukan pembelajaran outdoor mandiri di tempat terbuka masing-masing keluarga.

Langkah ini dilakukan dengan modul yang diarahkan sekolah seperti aktivitas berkebun, eksplorasi alam dan lain sebagainya.

Sekolah dan pemerintah memberikan kebebasan kepada orang tua dan keluarga untuk memilih pembelajaran tatap muka atau daring sehingga tidak boleh ada paksaan. 

Untuk anak yang memilih pembelajaran daring, maka sekolah dan pemerintah harus menjamin ketersediaan proses pembelajaran daring.

Selain itu keputusan buka atau tutup sekolah harus memperhatikan adanya kasus baru Covid-19 di sekolah atau tidak.

IDAI mengimbau anak segera melengkapi imunisasi rutin anak usia 6 tahun ke atas dan anak dengan komorbiditas diharapkan berkonsultasi dulu dengan dokter spesialis anak. 

Komorbiditas anak meliputi penyakit seperti keganasan, diabetes melitus, penyakit ginjal kronik, penyakit autoimun, penyakit paru kronis, obesitas, dan hipertensi.

Anak dianggap sudah mendapatkan perlindungan dari imunisasi Covid-19 jika sudah mendapatkan dua dosis lengkap dan proteksi dinyatakan cukup setelah dua minggu pasca penyuntikan imunisasi terakhir. (ant/moc) 

 

I