Berikut Profil 9 Anggota Majelis Masyayikh Bentukan Kemenag

Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan pembentukan Majelis Masyayikh sebagai rekognisi negara terhadap kekhasan pendidikan pesantren melalui proses penjaminan mutu yang dilakukan untuk pesantren.
Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan pembentukan Majelis Masyayikh sebagai rekognisi negara terhadap kekhasan pendidikan pesantren melalui proses penjaminan mutu yang dilakukan untuk pesantren.

Gemapos.ID (Jakarta) -Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan pembentukan Majelis Masyayikh sebagai rekognisi negara terhadap kekhasan pendidikan pesantren melalui proses penjaminan mutu yang dilakukan untuk pesantren.

Kebijakan ini sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren. 

"Penetapan Majelis Masyayikh cukup lama, karena saya memastikan tidak ada peluang intervensi negara,” kata Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas pada Jumat (31/12/2021).

Pesantren merupakan lembaga independen yang tidak bisa mengalami intervensi dari pihak manapun termasuk negara. Namun, pemerintah harus hadir dalam pengembangan pesantren.

Penetapan Anggota Majelis Masyayikh dilakukan oleh ahlul halli wal aqdi (AHWA) yang berasal dari unsur pemerintah dan asosiasi pesantren berskala nasional.

Proses menetapkan anggota Majelis Masyayikh dimulai dari pembentukan AHWA, penjaringan calon sampai mereka dipilih berdasarkan rumpun ilmu agama Islam.

Rumpun ilmu agama Islam mencakup Al-Qur'an dan ilmu Al-Qur'an, tafsir dan ilmu tafsir, hadis dan ilmu hadis, fikih dan ushul fikih, akidah dan filsafat Islam, tasawuf dan tarekat. Kemudian, ilmu falak, sejarah dan peradaban Islam, serta bahasa dan sastra Arab.

"Teriring harapan yang disematkan kepada anggota Majelis Masyayikh yang terpilih untuk dapat membawa pendidikan pesantren menjadi makin unggul dalam menjawab tantangan zaman," tuturnya.

Berikut daftar sembilan nama yang dikukuhkan sebagai anggota Majelis Masyayikh periode 2021-2026.

1. KH. Azis Afandi (Pesantren Miftahul Huda, Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat). Ahli tafsir dari Tasikmalaya ini sebagai salah satu santri kiai sekaligus pahlawan nasional asal Sukamanah KH Zaenal Musthofa

2. KH. Abdul Ghoffarrozin, M.Ed (Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati, Jawa Tengah. Kiai ini disapa Gus Rozin menguasai bidang fiqih, ushul fiqih, dan manajemen pendidikan yang menyelesaikan pendidikannya di Monash University.

3. Dr. KH. Muhyiddin Khatib (Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur). Dia sebagai pengasuh pondok dan salah satu guru besar di Ma'had Aly Situbondo. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di IAI Ibrahimy Sukorejo.

4. KH. Tgk. Faisal Ali (Pesantren Mahyal Ulum Al-Aziziyah, Aceh Besar, Aceh). Dia merupakan salah satu ahli bidang sejarah dan peradaban Islam.

5. Nyai Hj. Badriyah Fayumi, MA (Pesantren Mahasina Darul Qur'an wal Hadits, Bekasi, Jawa Barat). Dia sebagai salah satu mufasir perempuan Indonesia dan ahli keilmuan bidang hadits dari di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

6. Dr. KH. Abdul Ghofur Maimun (Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah) yang merupakan putra KH Maimun Zubair. Dia menempuh pendidikan di Madrasah Ghazaliyah Syafiiyah yang berlanjut ke pendidikan sarjana hingga doktoralnya di Universitas Al-Azhar.

7. KH. Jam'an Nurchotib Mansur atau Ustadz Yusuf Mansur (Pesantren Darul Qur'an, Tangerang, Banten). Dia juga sebagai pengusaha yang menguasai ilmu bidang tahfidz, qiroah, serta manajemen bisnis dan ekonomi syariah.

8. Prof. Dr. KH. Abd. A'la Basyir (Pesantren Annuqoyah, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur) adalah Pimpinan Annuqoyah, Guluk-guluk, Sumenep, Madura. Dia menguasai bidang keilmuan sejarah dan peradaban Islam

9. Dr. Hj. Amrah Kasim, Lc, MA (Pesantren IMMIM Putri, Pangkep, Sulawesi Selatan) adalah Pimpinan IMMIM Putri Pangkep Sulawesi Selatan. Dia menguasai sastra Arab, tafsir, tarikh, dan tasawuf. (dtc/mam)