Urine Sapi Bisa Basmi Tikus, Ini Caranya

Urine Sapi pembasmi tikus
Urine Sapi pembasmi tikus
Gemapos.ID (Gresik) - Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) salahsatunya tikus masih menjadi momok bagi para petani khususnya tanaman padi di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan petani untuk mengendalikan hama, mulai dari menggunakan pestisida kimia seperti racun tikus hingga perangkap listrik. Namun, hal tersebut berbahaya bagi manusia karena banyak memakan korban tewas akibat tersetrum. Sehingga perlu adanya alternatif lain yang lebih aman dan efektif. Kini, Kementerian Pertanian bersama Dinas Pertanian di daerah terus mengembangankan metode pengendalian hama tikus yang ramah lingkungan, kreatif, inovatif, serta berbiaya murah dan efisien. Salah satu metode yang dikembangkan adalah pengendalian tikus dengan urin sapi. Cara pengendalian ini pertama dikembangkan oleh salah satu petugas Pengendali OPT  Akhmad Sokhe asal Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Fermentasi urin sapi sebagai repellent atau pengusir tikus ini dilakukan mengingat banyaknya korban jiwa akibat cara pengusir hama sebelumnya, yakni dengan perangkap listrik. “Dengan metode ini petani kan bisa menghemat biaya karena bikinnya ga mahal, dan bahan mudah didapat dan yang pasti aman ga kayak setrum listrik” ucap akhmad. Untuk membuat larutan fermentasi Ahmad menggunakan urin sapi sebagai bahan utama, bahan penyerta seperti molase, susu creamer, terasi tanpa pengawet, empon-empon (jahe, temu ireng, lengkuas, dan lain sebagainya), serta starter probiotik. Cara membuat pertama empon-empon dihaluskan menggunakan blender. Hasil empon yang sudah halus dicampur dengan molase, susu creamer, terasi tanpa pengawet, starter probiotik dan urin sapi ke dalam wadah besar seperti drum plastik. Tutup wadah drum dan pasang aerotor besar dan biarkan selama 21 hari untuk proses fermentasi sebelum larutan bisa digunakan. Setelah 21 hari saring hasil fermentasi, dosis yang digunakan per 25 cc bahan cair fermentasi / 1 liter air bersih. Cara penggunaannya cukup menyemprotkan larutan keseluruh bagian tanaman yang diduga sebagai tempat jalan atau sarang tikus. "Waktu Penyemprotan dilakukan pagi dan sore dengan jarak minimal 14 hari sekali (4 sampai dengan 6 kali aplikasi)”, lanjut Akhmad.