Menunggu Intervensi Pencipta atas Konflik Palestina-Israel

gaza
gaza
Penyelesaian konflik Palestina dan Israel semakin hari mengalami kemunduran. Kondisi ini tidak hanya dilihat dari Israel terus membombardir pemukiman Palestina. Namun, wilayah Palestina semakin tidak jelas di tanahnya sendiri. Daerahnya dirampas oleh Israel yang semula hanya menumpang tinggal di sana. Tindakan ini diamini oleh sebagian negara yang mau menghancurkan kekuatan dan simbol Islam. Sejumlah negara membela Palestina memperjuangkan atas wilayah yang dimilikinya. Namun, kebijakan itu didasari atas Palestina menjadi bagian dari kelompoknya untuk menentang pembela Israel. Negara-negara Islam terutama di Timur Tengah membela Palestina kurang maksimal. Padahal, mereka tidak hanya saudara seagama, tapi saudara dalam satu rumpun. Apalagi, di sana ada tempat suci yang memiliki keterkaitan dalam peribadatan Islam Bahkan, suatu keyakinan menyebutkan salah satu bagian perjalanan akhir jaman terdapat di sana. Tampaknya, mereka hanya asyik dengan kepentingannya sendiri. Apalagi, konflik Palestina-Israel tidak merugikannya secara ekonomi. Bahkan, mereka menjalin hubungan ekonomi dengan Israel. Padahal, masa depan dunia Islam dan global terdapat di sana. Tidak heran negara-negara Islam yang tergabung dalam Organization of The Islamic Conference (OIC) tidak serius melihat konflik Palestina dan Israel. Mereka seakan tidak memiliki keinginan kuat persoalan ini selesai. Organisasi ini akan bergerak apabila kepentingannya terganggu. Dengan demikian, OIC yang disebut dengan nama OKI tidak memiliki daya tekan terhadap Israel. Apalagi, organisasi ini memaksa penghentian peperangan dan mengajak ke meja perundingan. OKI juga tidak meminta kepada negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS) menfasilitasi titik temu konflik Palestina dan Istael. Mereka seakan tidak berani mengatakannya akibat mengalami ketergantungan dengan Paman Sam. Apalagi, mereka sudah diadu domba, sehingga saling egois dan curiga-mencurigai dalam politik luar negeri. Herannya, AS juga merasa diuntungkan dengan kehadiran Israel, sehingga tidak bisa berbuat maksimal menyelesaikan konflik Palestina dan Israel. Apalagi Indonesia yang tercengkeram oleh internasional dalam berbagai sektor terutama ekonomi hanya bisa melepaskan jargon-jargon politik saja. Negara ini terlalu tergantung dengan dunia bagaimana bisa menekan dunia untuk bersama menyelesaikan persoalan Palestina dan Israel. Jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia tidak menjadi kekuatan yang dipunyainya menekan negara-negara dunia terutama Timur Tengah. Mereka belum bisa diyakinkan mencari solusi atas konflik Palestina dan Israel. Pemberian bantuan makanan, obat-obatan, pasukan perdamaian, tenaga medis tidak cukup menyelesaikan konflik Palestina dan Israel. Politik bebas aktif semakin sulit dilakukan Indonesia lantaran negara ini lemah di mata internasional dari berbagai sisi. Berbagai pelecehan saja yang terus dialami Indonesia mulai dari masuk wilayah tanpa izin akibat kekuatan militer lemah. Bahkan, pelecehan di bidang olahraga juga dialami Indonesia seperti dalam turnamen Piala Thomas dan Uber di Inggris. Tercerai-berainya kekuatan Islam di dunia juga terjadi di Indonesia. Hal ini berakibat kegagalan memperjuangkan Islam yang bermanfaat bagi semua umat. Setiap kelompok ingin menang dan tampil sendiri tanpa duduk bersama membagi tugas secara adil. Sebelum negara ini menyelesaikan persoalan negara lain mari menguatkan persatuan dan kesatuan menjadi negara yang solid yang tegak berdiri. Pembelaan kepada Palestina suatu keniscayaan bukan hanya saudara dalam seagama, tetapi negara ini mengakui Indonesia merdeka lebih dahulu dibandingkan negara-negara lain. Indonesia mesti bisa meyakinkan dunia untuk penyelesaian konflik Palestina dan Israel adalah salahsatu kunci perdamaian global. Selain itu menjunjung tinggi hak asasi manusia termasuk tolerasi beragama. Bantuan kepada Palestina tidak melupakan kondisi kaum Muslimin yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Ekonomi syariah belum mampu menjawab persoalan tersebut di Indonesia. Jika Indonesia bisa memerdekakan kaum Muslimin dari persoalan ekonomi diyakini turut bisa memecahkan persoalan-persoalan di Timur Tengah. Marilah bergenggaman tangan dengan melakukan keadilan sosial menciptakan perdamaian abadi. (mam