Pastikan Program Delivered, Wamenag Minta ASN Keluar dari Zona Nyaman

512749
512749
Bintaro (Kemenag) --- Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, seluruh Kementerian/Lembaga dalam Kabinet Indonesia Maju harus membuat program-program yang langsung berdampak bagi masyarakat. Seluruh K/L harus memastikan program-program yang dibuat, menurut istilah Presiden Jokowi, bukan sekedar sent tapi juga delivered. Untuk itu diperlukan keberanian para Aparatur Sipil Negara untuk dapat keluar dari zona nyaman (comfort zone). Hal ini disampaikan Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid saat menjadi narasumber pada Rapat Pimpinan (Rapim) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, di Bintaro, Tangerang Selatan. "ASN Kemenag harus berani keluar dari zona nyaman untuk menciptakan inovasi, agar program yang kita buat tidak hanya sent, tapi juga delivered," tutur Wamenag Zainut Tauhid, Selasa (11/02). "Seringkali, kita tidak berani keluar dari zona aman, zona nyaman. Kalau begini, bagaimana kita bisa menciptakan inovasi ?," ungkap Wamenag di hadapan ratusan peserta Rapim yang mengangkat tema "Pendidikan Islam Unggul, Indonesia Maju". Terkait dengan pendidikan islam, Zainut Tauhid menyampaikan hal tersebut adalah salah satu amanat Presiden Jokowi saat menunjuk dirinya menjadi Wamenag. "Presiden saat memanggil saya untuk menjadi Wamen juga menyampaikan hal yang cukup penting. Salah satunya, bagaimana mengangkat pendidikan di lingkungan Kemenag, mulai dari madrasah, pesantren, dan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) agar memiliki kesetaraan dengan pendidikan umum," ujarnya. Hal ini menurut Wamenag mungkin untuk dilakukan, dengan catatan ASN Kemenag mampu mengubah pola pikir atau pun sudut pandang ke arah yang lebih baik. "Harus ada perubahan paradigma berfikir aparatur yang menangani pendidikan Islam. Paradigma pesimistik menjadi optimistik, orientasi pragmatis ke idealis dan paradigma dilayani menjadi paradigma melayani," tandas Wamenag. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin menegaskan kepada jajarannya untuk terus berbenah. Apalagi menurutnya, sistem pendidikan islam, khususnya madrasah telah banyak menjadi rujukan negara lain. Menurutnya, Indonesia adalah negara yang memiliki lembaga pendidikan islam terbesar di dunia. "Dan madrasah di Indonesia adalah yang termodern di dunia," paparnya. Hal ini yang kemudian menurut Kamaruddin, membuat negara lain seperti Thailand dan Filipina ingin belajar tentang pengelolaan pendidikan islam di Indonesia. "Bahkan Filipina akan mengadopsi seratus persen pola pendidikan di madrasah, untuk diterapkan di sana," tutur Kamaruddin. "Dalam waktu dekat, kami akan diundang ke sana untuk menyampaikan secara teknis, bagaiamana pengelolaan madrasah di Indonesia," imbuhnya. Kamaruddin juga menyampaikan Rapim Ditjen Pendis yang berlangsung selama tiga hari, sejak 10-12 Februari 2020 ini memiliki dua tujuan. Pertama untuk mengevaluasi program yang telah dilaksanakan pada tahun 2019, dan kedua untuk mereview kembali program di 2020. "Masih ada kesempatan kita untuk melakukan perbaikan, sehingga program yang kita buat pun ter-delivered di masyarakat," tegasnya di hadapan pejabat eselon I hingga pejabat eselon IV di lingkungan Ditjen Pendis.(AAN)