Isu Kudeta Ketum PD Dinilai Bukan Urusan Jokowi

Damrizal
Damrizal
Gemapos.ID (Jakarta) - Presiden Joko Widodo dan Moeldoko terseret dalam isu gerakan yang ingin mengkudeta Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat (PD) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Moeldoko pun tidak tinggal diam dengan tudingan tersebut. Ia meminta pada PD agar tidak menyeret Presiden Joko Widodo dalam kasus ini karena beliau tidak tahu permasalahan apa yang sedang dihadapi PD. Ia pun menjadikan dirinya ‘benteng’ bagi Presiden Joko Widodo dan mengatakan bahwa urusan tersebut hanya terkait dengan dirinya. “Poinnya yang pertama, jangan dikit-dikit istana. Dalam hal ini, saya mengingatkan sekali lagi jangan dikit-dikit istana, jangan ganggu Pak Jokowi dalam hal ini karena beliau dalam hal ini tidak tahu sama sekali, nggak tahu apa-apa dalam hal ini, dalam isu ini gitu ya. Jadi itu urusan saya, Moeldoko ini bukan selaku KSP (Kepala Staf Kepresidenan), Moeldoko ini,” ujarnyanya. Sementara itu, Forum Senior dan Pendiri PD yang dihadiri oleh faksi Subur Budi Santoso, pendukung Hadi Utomo, kader Anas Urbaningrum, dan faksi Marzuki Alie, memberikan tanggapannya terkait Moeldoko yang terseret dalam isu gerakan kudeta AHY tersebut. Salah satu Politisi senior PD Darmizal mengaku telah mengenal Moeldoko dari tahun 1996 dan ia menilai bahwa Moeldoko adalah orang yang tidak pernah menciptakan jarak ataupun menghambat orang lain untuk bertemu dengannya. Ia pun menambahkan bahwa masalah yang terjadi pada PD saat ini adalah masalah internal. Oleh karena itu, menurutnya, PD dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri dengan melakukan validasi. Darmizal juga menyampaikan harapannya pada PD, yakni PD menjadi partai besar yang disegani di tatanan politik nasional. Ia juga menambahkan bahwa PD membutuhkan pemimpin yang bijak. Ia pun memuji karakter Moeldoko yang dekat dengan berbagai kalangan. Ia juga mengatakan bahwa Moeldoko cocok untuk menjadi calon pemimpin PD. Politisi senior PD Yos Sudarso pun menyerukan hal yang sama dengan apa yang dikatakan Moeldoko terkait tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, begitu juga dengan Moeldoko. “Jadi tanpa ada rekayasa, kawan-kawan ini bertemu dalam satu titik pemikiran, bagaimana Partai Demokrat ke depan. Jadi sesungguhnya, ini adalah bagian dari internal partai. Apa salahnya kami, seperti para pendiri di saat awal, menjemput Pak SBY untuk mengantarkan beliau ke pimpinan Republik Indonesia tahun 2004. Dan juga apa salahnya kamu kalau hari ini menjemput figur tokoh ke depan? Apa salahnya Pak Moeldoko? Tidak seubahnya seperti senior-senior kami sebelumnya menjemput Bapak SBY,” terangnya.